Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - BAKU. Presiden Iran memperingatkan, pertempuran antara Azerbaijan dan Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh bisa memicu perang regional, lantaran jumlah korban tewas meningkat pada hari ke-11 permusuhan.
Lebih dari 300 orang kini tewas dalam pertempuran baru di dalam dan sekitar wilayah Nagorno-Karabakh, yang menurut hukum internasional adalah milik Azerbaijan tetapi dihuni dan diatur oleh etnis Armenia.
Azerbaijan mengatakan, kota-kota di luar zona konflik juga diserang dalam pertempuran paling mematikan dalam lebih dari 25 tahun, membawa konflik itu lebih dekat ke wilayah jaringan pipa gas dan minyak ke Eropa.
Iran, yang berbatasan dengan Armenia dan Azerbaijan, telah berbicara dengan kedua bekas republik Soviet itu karena kekhawatiran meningkat bahwa Turki dan Rusia dapat terseret ke dalam konflik Azerbaijan dan Armenia.
Baca Juga: Perang Armenia-Azerbaijan, Turki siap berikan dukungan apa pun untuk Azerbaijan
Turki adalah sekutu dekat Azerbaijan, sementara Rusia pakta pertahanan dengan Armenia.
"Kita harus memperhatikan bahwa perang antara Armenia dan Azerbaijan bisa menjadi perang regional," kata Presiden Iran Hassan Rouhani dalam sambutan yang disiarkan televisi pemerintah, Rabu (7/10).
"Perdamaian adalah dasar dari pekerjaan kami, dan kami berharap bisa memulihkan stabilitas kawasan dengan cara damai," ujarnya seperti dikutip Reuters.
Rouhani menegaskan, Iran tidak akan mengizinkan "negara mengirim teroris ke perbatasan kami dengan berbagai dalih".
Baca Juga: Perang Armenia-Azerbaijan, Rusia sebut banyak kelompok teror datang ke pusat konflik
Dalam seruan baru untuk gencatan senjata, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam sebuah wawancara televisi, perang Azerbaijan-Armenia adalah tragedi dan Moskow sangat prihatin.
Sergei Naryshkin, Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR), menyebutkan pada Selasa (6/10), konflik tersebut menarik orang-orang yang dia gambarkan sebagai tentara bayaran dan teroris dari Timur Tengah.
Menurut Naryshkin, Nagorno-Karabakh bisa menjadi landasan peluncuran bagi militan Islam untuk memasuki Rusia dan negara lain di wilayah tersebut.