Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung meminta dukungan Presiden China Xi Jinping untuk memulihkan perundingan dengan Korea Utara yang bersenjata nuklir.
Permintaan tersebut disampaikan dalam pertemuan puncak bilateral dan jamuan kenegaraan di Gyeongju pada Sabtu (1/11/2025), setelah berakhirnya forum para pemimpin Asia-Pasifik (APEC).
Kunjungan ini menandai kunjungan pertama Xi ke Korea Selatan dalam 11 tahun, menunjukkan upaya Beijing untuk mempererat hubungan dengan sekutu utama Amerika Serikat di kawasan.
Baca Juga: China dan Korea Selatan Tandatangani Perjanjian Ekonomi dan Swap Valuta Asing
Menurut keterangan kantor kepresidenan Korea Selatan, Xi menegaskan bahwa Tiongkok memandang penting hubungan dengan Seoul dan menganggap Korea Selatan sebagai “mitra kerja sama yang tak terpisahkan.”
Lee Ingin Kembali ke Meja Perundingan dengan Korea Utara
Presiden Lee, yang terpilih dalam pemilihan kilat pada Juni lalu, berjanji untuk memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat tanpa memusuhi China, sambil berupaya meredakan ketegangan dengan Korea Utara.
“Saya sangat positif terhadap situasi di mana kondisi untuk melakukan keterlibatan dengan Korea Utara mulai terbentuk,” ujar Lee, merujuk pada peningkatan komunikasi tingkat tinggi antara Beijing dan Pyongyang.
“Saya berharap Korea Selatan dan China dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat komunikasi strategis dalam rangka melanjutkan dialog dengan Korea Utara,” tambahnya.
Lee juga menyerukan pendekatan bertahap terhadap denuklirisasi, dimulai dengan pembekuan pengembangan senjata nuklir Korea Utara dan upaya dialog yang lebih intensif.
Namun, pada hari yang sama, Pyongyang menolak mentah-mentah agenda denuklirisasi tersebut, menyebutnya sebagai “mimpi kosong yang mustahil diwujudkan.” Korea Utara selama beberapa tahun terakhir telah meninggalkan kebijakan unifikasi dan menyebut Seoul sebagai musuh utama.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Berharap Kerjasama dengan Indonesia di Bidang Keamanan Militer
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sebelumnya menyatakan bersedia berbicara dengan Amerika Serikat jika Washington menghapus tuntutan denuklirisasi, tetapi ia belum menanggapi tawaran dialog dari Presiden AS Donald Trump saat kunjungan Trump ke Seoul awal pekan ini.
Diplomasi dan Ekonomi: China–Korea Selatan Tandatangani Tujuh Kesepakatan
Selain isu keamanan, pertemuan Lee dan Xi juga menghasilkan tujuh kesepakatan bilateral, termasuk swap mata uang won-yuan, serta nota kesepahaman di bidang kejahatan siber, industri ramah lansia, dan inovasi teknologi.
Menurut laporan Xinhua, Xi menyerukan pembukaan “babak baru hubungan bilateral” dengan saling menghormati sistem sosial dan jalur pembangunan masing-masing negara, serta menyelesaikan perbedaan melalui konsultasi bersahabat.
Xi juga menekankan pentingnya multilateralisme dan kerja sama di bidang kecerdasan buatan, biofarmasi, industri hijau, serta isu populasi menua.
Sementara itu, penasihat keamanan nasional Korea Selatan, Wi Sunglac, mengatakan kedua pemimpin berdiskusi mengenai kerja sama untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea, meski belum membahas secara spesifik peran China dalam dialog Korea Utara–AS.
Wi menambahkan bahwa Seoul dan Beijing sepakat dialog langsung antara Washington dan Pyongyang tetap menjadi kunci utama dalam upaya diplomatik regional.
Isu Sensitif: Protes Anti-China dan Sanksi terhadap Hanwha Ocean
Di tengah pertemuan kenegaraan, ratusan demonstran anti-China turun ke jalan di Seoul dengan membawa spanduk bertuliskan “Korea milik Korea” dan “China keluar,” menolak pengaruh Beijing di negeri itu.
Baca Juga: Ekspor Korsel Naik di Luar Perkiraan, Didorong Lonjakan Permintaan Chip dan Kapal
Lee sebelumnya telah memerintahkan penertiban aksi anti-China dan anti-imigran, yang menurutnya dapat merusak citra serta ekonomi Korea Selatan.
Dalam pertemuan tersebut, Wi juga menyebut adanya pembahasan terkait sanksi China terhadap lima unit Hanwha Ocean, perusahaan galangan kapal Korea Selatan yang berafiliasi dengan AS. Beijing menilai kerja sama perusahaan itu dengan penyelidikan AS menimbulkan risiko keamanan.
Kedua negara juga membahas pembatasan konten hiburan Korea di China yang telah berlangsung sejak pemasangan sistem pertahanan rudal THAAD pada 2017. Menurut Wi, kedua pihak sepakat melanjutkan komunikasi di tingkat kerja untuk memulihkan pertukaran budaya dan industri kreatif.
Lee juga menyinggung struktur bangunan di wilayah perairan sengketa yang diklaim China sebagai fasilitas perikanan.
Di sela-sela pertemuan ASEAN di Malaysia, Menteri Pertahanan Korea Selatan juga bertemu dengan mitranya dari China untuk membahas aktivitas militer China di Zona Identifikasi Pertahanan Udara Korea (KADIZ).













