Sumber: South China Morning Post | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Presiden China Xi Jinping dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte melakukan percakapan via telepon pada Kamis (11/6) malam, setelah Duterte memperpanjang pakta pertahanan dengan Amerika Serikat (AS).
Pengamat percaya, pendorong keputusan Duterte memperpanjang pakta pertahanan dengan AS adalah kekhawatiran domestik yang meningkat atas kegiatan China di Laut Cina Selatan.
Tapi, percakapan telepon Kamis malam antara Xi dan Duterte berfokus pada perang melawan virus corona baru. Keduanya berjanji untuk bekerjasama memerangi penyakit Covid-19.
Baca Juga: Sempat mendekati China, Filipina kini mesra lagi dengan AS demi Laut China Selatan
Melansir South China Morning Post, Istana Kepresidenan Filipina, Jumat (12/6), mengatakan, China berjanji untuk menjadikan Filipina penerima prioritas dari vaksin apa pun yang mereka kembangkan.
Selain itu, menurut Istana Kepresidenan Filipina, Duterte akan menerima "dukungan penuh" Xi dalam menyelesaikan proyek infrastruktur prioritas. Kedua belah pihak mencatat peningkatan kerjasama bilateral.
Sementara Kementerian Luar Legeri China menyatakan, Duterte berjanji "untuk menjadi teman abadi Tiongkok dan tidak akan membiarkan siapa pun mengeksploitasi Filipina untuk kegiatan anti-China".
Baca Juga: Duterte lembek, Mahkamah Agung Filipina titahkan untuk melindungi Laut China Selatan!
Percakapan telepon itu mengikuti putaran balik Duterte yang mengejutkan minggu lalu ketika ia membalikkan sebuah keputusan, yang dia umumkan pada Februari, untuk mengakhiri perjanjian militer dengan AS.
Sejak berkuasa pada 2016, Duterte telah berusaha untuk memindahkan Filipina dari aliansi lama dengan AS dan lebih dekat ke China.
Baik China maupun Filipina tidak mengatakan, apakah Xi dan Duterte membahas keputusan Manila memperpanjang perjanjian militer dengan AS.
Kementerian Luar Negeri Filipina menyatakan pekan lalu, keputusan untuk mempertahankan Perjanjian Kunjungan Pasukan Filipina-AS lahir karena "perkembangan politik dan lainnya di kawasan".
Baca Juga: Laut China Selatan memanas, Filipina perpanjang perjanjian militer dengan AS
Menurut Richard Heydarian, akademisi yang berspesialisasi dalam kebijakan luar negeri Filipina, meskipun Manila tidak jelas mengenai alasannya, itu "sangat jelas" bahwa ketegasan China di Laut Cina Selatan berada di belakang keputusan tersebut.
"Saya pikir Duterte telah mencoba yang terbaik untuk mengkalibrasi ulang hubungan Filipina dengan tidak hanya AS tetapi China," katanya kepada South China Morning Post.
"Tapi, perilaku China di perairan yang berdekatan, terutama di tengah pandemi, telah mendorong banyak negara untuk putus asa dan bahkan melumpuhkan kemampuan Amerika untuk mempertahankan kehadiran militer mereka yang signifikan di daerah tersebut," ujar dia.