Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI/BEIJING. Seiring berjalannya waktu bagi Komisi Eropa untuk mengenakan tarif sementara pada kendaraan listrik buatan China, para produsen mobil di negara tersebut bersiap menghadapi tarif baru senilai miliaran dolar.
Para analis menilai, tarif ini akan memperlambat ekspansi produsen mobil listrik China di Eropa.
Mengutip Reuters, pada Kamis (4/7/2024), Uni Eropa akan mengkonfirmasi bea tambahan hingga 37,6% yang bertujuan untuk mencegah membanjirnya kendaraan listrik bersubsidi buatan China ke pasar Eropa. Meski demikian, ada upaya terakhir dari kedua belah piha untuk mencapai kesepakatan.
Menurut Lei Xing, pendiri konsultan AutoXing, perkembangan merek kendaraan listrik China ke Eropa akan terus berlanjut.
“Ini seperti melaju dari 80 km/jam menjadi 60 km/jam atau bahkan lebih lambat, namun tidak akan berhenti,” jelasnya.
China dan Komisi Eropa telah melakukan negosiasi sejak pekan lalu mengenai pembatasan yang ingin dihapuskan oleh Beijing dan beberapa produsen mobil Eropa.
Beijing menolak tuduhan bahwa kendaraan listrik China disubsidi secara tidak adil.
Baca Juga: Asosiasi Otomotif Jerman Minta Pemerintah Tak Kenakan Tarif Kendaraan China
BYD, produsen kendaraan listrik terbesar di dunia, menghadapi kenaikan tarif terendah sebesar 17,4% di luar tarif 10% saat ini.
MG Motors milik negara SAIC, kendaraan listrik merek China paling populer di Eropa, menghadapi kenaikan tertinggi.
“Untuk BYD sebesar 17,4%, mereka bisa menyerapnya. Ada sedikit kendala di jalan. Namun bagi MG - bagi SAIC Motor - ini merupakan kendala besar,” kata Xing.
Negara-negara Uni Eropa dinilai ragu-ragu mengenai apakah akan mendukung tarif tambahan pada kendaraan listrik buatan China, karena Beijing mengancam akan melakukan pembalasan yang luas.
Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Naik Signifikan, BYD Semakin Dekati Posisi Tesla
Tarif tersebut, yang akan diselesaikan pada bulan November, akan diblokir jika mayoritas negara anggota blok yang memenuhi syarat, yakni sekitar 15 negara yang mewakili 65% populasi Uni Eropa, memberikan suara untuk menentangnya.
Orang dalam industri mengatakan Eropa dan China memiliki alasan untuk mendorong kesepakatan guna menghindari penambahan tarif baru senilai miliaran dolar bagi produsen kendaraan listrik China.
“Saya pikir insentif yang saat ini tengah diangkat oleh Eropa adalah agar perusahaan-perusahaan China mempertimbangkan untuk menghindari tarif dengan menempatkan beberapa kapasitas produktif mereka lebih dekat ke kawasan Eropa,” kata Bill Russo, pendiri dan CEO konsultan Automobility Ltd.