kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.904   26,00   0,16%
  • IDX 7.206   65,50   0,92%
  • KOMPAS100 1.108   12,68   1,16%
  • LQ45 879   12,89   1,49%
  • ISSI 221   1,21   0,55%
  • IDX30 449   6,81   1,54%
  • IDXHIDIV20 541   6,16   1,15%
  • IDX80 127   1,52   1,20%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,88   1,28%

Produsen Kendaraan Listrik China Bersiap Hadapi Tarif Senilai Miliaran Dolar oleh UE


Kamis, 04 Juli 2024 / 05:51 WIB
Produsen Kendaraan Listrik China Bersiap Hadapi Tarif Senilai Miliaran Dolar oleh UE
ILUSTRASI. Para produsen mobil listrik China bersiap menghadapi tarif baru senilai miliaran dolar oleh Uni Eropa. China Daily via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SHANGHAI/BEIJING. Seiring berjalannya waktu bagi Komisi Eropa untuk mengenakan tarif sementara pada kendaraan listrik buatan China, para produsen mobil di negara tersebut bersiap menghadapi tarif baru senilai miliaran dolar. 

Para analis menilai, tarif ini akan memperlambat ekspansi produsen mobil listrik China di Eropa.

Mengutip Reuters, pada Kamis (4/7/2024), Uni Eropa  akan mengkonfirmasi bea tambahan hingga 37,6% yang bertujuan untuk mencegah membanjirnya kendaraan listrik bersubsidi buatan China ke pasar Eropa. Meski demikian, ada upaya terakhir dari kedua belah piha untuk mencapai kesepakatan.

Menurut Lei Xing, pendiri konsultan AutoXing, perkembangan merek kendaraan listrik China ke Eropa akan terus berlanjut.

“Ini seperti melaju dari 80 km/jam menjadi 60 km/jam atau bahkan lebih lambat, namun tidak akan berhenti,” jelasnya. 

China dan Komisi Eropa telah melakukan negosiasi sejak pekan lalu mengenai pembatasan yang ingin dihapuskan oleh Beijing dan beberapa produsen mobil Eropa. 

Beijing menolak tuduhan bahwa kendaraan listrik China disubsidi secara tidak adil.

Baca Juga: Asosiasi Otomotif Jerman Minta Pemerintah Tak Kenakan Tarif Kendaraan China

BYD, produsen kendaraan listrik terbesar di dunia, menghadapi kenaikan tarif terendah sebesar 17,4% di luar tarif 10% saat ini. 

MG Motors milik negara SAIC, kendaraan listrik merek China paling populer di Eropa, menghadapi kenaikan tertinggi.

“Untuk BYD sebesar 17,4%, mereka bisa menyerapnya. Ada sedikit kendala di jalan. Namun bagi MG - bagi SAIC Motor - ini merupakan kendala besar,” kata Xing.

Negara-negara Uni Eropa dinilai ragu-ragu mengenai apakah akan mendukung tarif tambahan pada kendaraan listrik buatan China, karena Beijing mengancam akan melakukan pembalasan yang luas.

Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Naik Signifikan, BYD Semakin Dekati Posisi Tesla

Tarif tersebut, yang akan diselesaikan pada bulan November, akan diblokir jika mayoritas negara anggota blok yang memenuhi syarat, yakni sekitar 15 negara yang mewakili 65% populasi Uni Eropa, memberikan suara untuk menentangnya.

Orang dalam industri mengatakan Eropa dan China memiliki alasan untuk mendorong kesepakatan guna menghindari penambahan tarif baru senilai miliaran dolar bagi produsen kendaraan listrik China.

“Saya pikir insentif yang saat ini tengah diangkat oleh Eropa adalah agar perusahaan-perusahaan China mempertimbangkan untuk menghindari tarif dengan menempatkan beberapa kapasitas produktif mereka lebih dekat ke kawasan Eropa,” kata Bill Russo, pendiri dan CEO konsultan Automobility Ltd.

“Dampak langsungnya adalah hal ini akan memaksa perusahaan-perusahaan yang menggunakan ekspor buatan China sebagai model bisnis mereka untuk mempertimbangkan kembali strategi tersebut dan lebih melokalisasi atau mendorong sebagian dari kapasitas tersebut di luar China ke arah pasar yang mereka tuju," urainya.

Menurut perusahaan riset Rhodium Group, produsen mobil China, yang memiliki keunggulan biaya sebesar 30% atau lebih dibandingkan pesaingnya di Eropa, menguasai 19% pasar kendaraan listrik Eropa tahun lalu, naik dari 16% pada tahun 2022.

Beberapa sudah mengalihkan produksinya ke Eropa. Chery Auto, produsen mobil terbesar China berdasarkan volume ekspor, telah menandatangani usaha patungan dengan EV Motors dari Spanyol untuk membuka lokasi manufaktur Eropa pertamanya di Catalonia.

BYD, saingan terbesar Tesla, juga membangun basis produksi kendaraan listrik Eropa pertamanya di Hongaria.

Baca Juga: Jangkau Konsumen, BYD Gandeng Harmony Auto Buka Diler di Jakarta Pusat

Namun, mungkin tidak ada alasan bisnis yang kuat bagi beberapa produsen kendaraan listrik China untuk memulai produksinya di Eropa, mengingat rantai pasokan mereka yang lebih murah dan efisien di dalam negeri serta volume penjualan yang terlalu rendah untuk mengimbangi biaya pabrik.

Menurut Yale Zhang, pendiri Automotive Foresight yang berbasis di Shanghai, respons paling sederhana bagi produsen mobil China adalah dengan menaikkan harga stiker Eropa untuk kendaraan listrik mereka.

“Jika Anda tidak menaikkan harga, saya khawatir keuntungannya akan negatif,” kata Zhang, mengacu pada perusahaan yang memproduksi kendaraan listrik yang akan terkena tarif tertinggi.

“Anda harus mengubah posisi harga, dan itu pasti akan berdampak pada penjualan,” katanya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×