Sumber: Bloomberg | Editor: Bimo Kresnomurti
KONTAN.CO.ID - Simak profil Sundar Pichai sebagai CEO Alphabet yang merupakan induk Google. Pichai Sundararajan, lebih dikenal sebagai Sundar Pichai, lahir pada 12 Juli 1972 di Chennai, India.
Ia berasal dari keluarga sederhana, ayahnya bekerja sebagai insinyur listrik di GEC, sementara ibunya sebagai stenografer.
Kecintaannya pada teknologi muncul sejak kecil ketika ia tertarik pada telepon rotary keluarga yang menyimpan banyak nomor di memorinya.
Pichai menempuh pendidikan teknik metalurgi di Indian Institute of Technology Kharagpur (IIT KGP), lalu melanjutkan studi MS di Stanford University serta meraih MBA dari Wharton School, University of Pennsylvania.
Baca Juga: CEO Alphabet Sundar Pichai Resmi Masuk Daftar Terkaya Dunia, Ini Pendorongnya
Rekam Jejak Karier
Sebelum bergabung dengan Google, Pichai sempat bekerja di Applied Materials (semikonduktor) dan McKinsey & Company sebagai konsultan manajemen.
Melansir dari Bloomberg, Sundar Pichai memulai perjalanan kariernya di Google pada tahun 2004, saat ia bergabung dan pertama kali menangani Google Toolbar.
Produk ini pada masa itu sangat penting karena membantu pengguna Internet Explorer dan Firefox mengakses pencarian Google dan memperluas jangkauan layanan mesin pencari tersebut.
Baca Juga: Alphabet dan Nvidia Suntik Dana ke Startup AI Baru SSI Besutan Co-Founder OpenAI
Peran besarnya mulai terlihat pada tahun 2008, ketika ia menjadi tokoh kunci dalam pengembangan dan peluncuran Google Chrome.
Browser ini berhasil merevolusi cara orang menjelajah internet dengan kecepatan, kesederhanaan, dan keamanan yang ditawarkan.
Kini, Chrome menjadi browser dengan pangsa pasar terbesar di dunia, menegaskan keberhasilan strategi Pichai.
Baca Juga: Meta Teken Kesepakatan Cloud dengan Google Senilai US$ 10 Miliar
Memegang Produk Utama Google
Antara tahun 2012 hingga 2014, kariernya semakin berkembang. Pichai dipercaya untuk memimpin pengembangan sejumlah produk utama Google, termasuk Chrome OS, Google Drive, Gmail, dan Google Maps.
Keberhasilan dalam memperkuat ekosistem produk ini menunjukkan kapasitasnya sebagai pemimpin yang mampu mengelola proyek besar dengan dampak global.
Pada tahun 2015, langkah besar dalam hidupnya terjadi. Sundar Pichai resmi ditunjuk sebagai CEO Google, menggantikan Larry Page, seiring restrukturisasi perusahaan saat Google berubah menjadi Alphabet Inc..
Keputusan ini menandai kepercayaan penuh dari para pendiri Google terhadap kepemimpinan dan visi Pichai.
Kariernya mencapai puncak pada tahun 2019, ketika ia diumumkan sebagai CEO Alphabet, induk perusahaan Google, setelah Larry Page dan Sergey Brin mundur dari jabatan eksekutif.
Sejak saat itu, Pichai memegang kendali penuh atas Google sekaligus perusahaan induknya, memimpin strategi global di bidang teknologi, inovasi, hingga pengembangan kecerdasan buatan.
Baca Juga: CEO Alphabet Tegaskan Kembali Rencana Belanja Modal Sebesar US$ 75 Miliar di 2025
Inovasi dan Kontribusi
- Google Chrome menjadi Browser yang kini jadi dominan di seluruh dunia.
- Chrome OS merupakan salah satu Sistem operasi ringan berbasis cloud yang diterapkan pada perangkat Laptop.
- Android merupakan Pichai memimpin divisi Android setelah ditinggalkan Andy Rubin, memperkuat ekosistem mobile Google.
- Google AI & Cloud menjadi ekspansi ke kecerdasan buatan (AI), komputasi awan, dan pengembangan Google Assistant.
Selain itu, Sundar juga terlibat dalam pengembangan Google Pixel, Stadia (cloud gaming), hingga AI generatif.
Baca Juga: 3 Pelajaran Kepemimpinan ala CEO Google Sundar Pichai
Kontroversi
Meski sukses, Pichai juga menghadapi berbagai kontroversi:
- Isu Privasi & Data: Google dikritik karena praktik pengumpulan data pengguna dan dominasi iklan digital.
- Sensor di Tiongkok: Rencana Google meluncurkan mesin pencari "Dragonfly" yang tunduk pada sensor pemerintah Tiongkok menuai protes internal.
- Pemogokan Karyawan (2018): Ribuan pegawai Google melakukan protes terhadap kebijakan perusahaan terkait pelecehan seksual yang ditangani secara tertutup.
- Isu Monopoli: Google menghadapi gugatan antitrust dari pemerintah AS dan Uni Eropa karena dianggap menyalahgunakan posisi dominan di pasar mesin pencari dan iklan digital.
Baca Juga: Panduan Cara Daftar Ulang BCA Mobile di HP Baru dan Tips Saat Verifikasi Gagal
Harta Kekayaan
Pada pertengahan 2025, Sundar Pichai resmi masuk klub miliarder dengan kekayaan bersih sekitar US $1,2 miliar (sekitar Rp 19,5 triliun), menurut Bloomberg Billionaires Index dan Forbes real-time net worth.
Aset ini menjadikannya salah satu eksekutif non-pendiri teknologi global yang mencapai status ini. Mayoritas kekayaannya berasal dari kepemilikan saham Alphabet sebesar ~0,02 %, senilai sekitar US $440 juta pada nilai pasar saat ini.
Selain itu, kekayaan Sundar juga didukung dengan kompensasi berbasis kinerja seperti bonus dan stock awards yang diterimanya selama menjabat sebagai CEO Google (sejak 2015) dan Alphabet (sejak 2019)
Selama lebih dari satu dekade, Pichai dikenal menerapkan pendekatan penjualan saham secara terjadwal.
Hal ini memiliki kebijakan transparan di bawah aturan SEC Rule 10b5-1 dengan total penjualan saham sebesar ± US $650 juta, yang membantu mendiversifikasi kekayaannya.
Namun, jika ia mempertahankan semua saham sejak awal, kekayaannya diperkirakan bisa mencapai lebih dari US $2,5 miliar saat ini.
Tonton: DPR Bocorkan Rencana Rusia hingga Eropa Investasi EBT di Indonesia