Sumber: Euronews | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - PERANCIS. Presiden Perancis, Emmanuel Macron, pada hari Selasa (27/7) meresmikan fase perakitan proyek fusi nuklir terbesar di dunia. Bagi Macron, proyek raksasa ini merupakan upaya menuju perdamaian dunia.
'"ITER adalah perjanjian perdamaian. Ada saat-saat di mana bangsa-bangsa memilih untuk mengatasi perbedaan demi mencapai momen (baik) tertentu. ITER ada untuk mencapai itu," ungkap Macron pada acara pembukaan proyek ini seperti dikutip dari Euronews.
Proyek ini digagas oleh International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) dengan tujuan untuk membangun mesin eksperimental yang dirancang untuk memanfaatkan energi fusi. Mesin ini biasa disebut dengan Takomak.
Takomak yang akan dibangun di Perancis ini akan memiliki berat hingga 23.000 ton dan memiliki volume 830 meter kubik. Ukuran ini jauh lebih besar dari Takomak terbesar saat ini yang hanya 100 meter kubik.
Baca Juga: Pekan ini dalam sejarah: Berakhirnya Konferensi Potsdam yang memicu perang dingin
Tujuan utama dari pembangunan Takomak raksasa ini adalah untuk menjamin ketersediaan energi di masa depan. Lebih utamanya lagi, diharapkan mampu menyediakan energi nuklir yang aman dan mampu didistribusikan ke banyak negara di dunia.
Mesin nuklir raksasa ini nantinya akan ditempatkan di selatan Perancis dengan sokongan dana dari delapan anggota ITER, di antaranya adalah China, Uni Eropa, India, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Inggris, dan AS.
Anggota dari Eropa menyumbang 45% dari perkiraan dana sebesar €13 miliar. Sedangkan anggota lain masing-masing menyumbang 9,1%. Proyek ini diharapkan bisa selesai pada tahun 2025 mendatang.
Dalam sebuah pernyataannya, Presiden China, Xi Jinping, mengatakan bahwa proyek ITER merupakan salah satu kolaborasi ilmiah internasional paling penting yang pernah ada.
Baca Juga: Saingi AS, Rusia siapkan rudal dan drone bawah laut bertenaga nuklir
Ia menilai bahwa ITER akan mampu mewujudkan keinginan manusia untuk bisa memanfaatkan energi fusi secara damai.
Sejalan dengan itu, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, juga percaya bahwa proyek ini akan memainkan peran kunci dalam mengatasi tantangan global, seperti perubahan iklim serta mewujudkan lingkungan sosial yang bebas dari polusi karbon.
Berdirinya ITER digagas oleh Uni Eropa, Jepang, Uni Soviet, dan AS pada KTT Superpower di Jenewa pada tahun 1985 silam.
Selama berpuluh-puluh tahun para anggota ITER terus berusaha mengembangkan rencana pembangunan sumber daya energi masa depan dengan nuklir sebagai bahan utama.
Baru pada tahun 2001 rencana final dari proyek super besar ini akhirnya mendapat persetujuan oleh semua anggota.
Setelahnya, pada tahun 2003, Korea Selatan, China, dan India bergabung dalam program ini sebagai perwakilan dari negara industri besar yang ada di Asia.
Baca Juga: Putin: Tahun ini 40 kapal perang baru Rusia siap beroperasi