kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Proyek vaksin corona Jepang jadi sasaran hacker, diduga berasal dari China


Selasa, 20 Oktober 2020 / 09:20 WIB
Proyek vaksin corona Jepang jadi sasaran hacker, diduga berasal dari China
ILUSTRASI. Sejumlah lembaga penelitian Jepang yang sedang dalam upaya pengembangan vaksin corona menjadi sasaran serangan siber demi mencuri informasi.


Sumber: Kyodo | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - TOKYO. CrowdStrike, perusahaan AS yang bergerak di bidang keamanan siber hari ini, Selasa (20/10), mengumumkan bahwa sejumlah proyek vaksin corona Jepang mengalami serangan peretas atau hacker. China diduga jadi dalang di balik upaya penyerangan ini.

Kyodo mengabarkan bahwa beberapa lembaga penelitian Jepang yang saat ini tengah mengembangkan vaksin virus corona menjadi korban serangan siber. Hal ini juga diyakini sebagai kasus serangan siber pertama di sektor ini.

Menurut CrowdStrike, sejumlah proyek vaksin corona telah menjadi sasaran hacker sejak April tetapi tidak ada laporan kebocoran informasi apapun sejak saat itu.

Pusat Kesiapan dan Strategi Nasional untuk Keamanan Siber (NISC) Jepang saat ini mendesak para produsen obat-obatan serta organisasi penelitian terkait untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap upaya pencurian informasi.

Baca Juga: Studi Cambridge: Milenial mulai tidak puas dengan demokrasi

Masakatsu Morii, pakar keamanan informasi siber dari Kobe University, mengatakan bahwa informasi tentang vaksin corona menjadi sasaran serangan siber karena kelompok peretas cenderung mencuri informasi rahasia yang menjadi pusat perhatian.

Ia menyarankan pemerintah untuk memberikan dukungan lebih terkait keamanan siber pada lembaga-lembaga penelitian tersebut.

"Pemerintah Jepang harus memberikan dukungan yang memadai untuk keamanan siber, tidak hanya dalam hal pengembangan vaksin corona, karena diproyeksikan akan memakan waktu beberapa tahun sebelum vaksin corona tersedia secara stabil," ungkap Morii seperti dikutip Kyodo.

Untuk saat ini CrowdStrike masih belum membocorkan nama-nama lembaga penelitian yang menjadi sasaran hacker, termasuk hacker yang melakukan serangan. Tapi mereka meyakini bahwa hacker berasal dari China jika dilihat dari metode yang digunakan.

Baca Juga: Korea Selatan akan umumkan nama orang tua yang tidak nafkahi anaknya di publik

Dikutip Kyodo, serangan tersebut melibatkan pengiriman email yang dilampirkan dengan file tertentu yang berkaitan dengan virus corona. File tersebut sebelumnya telah disusupi virus komputer yang akan menyerang data penelitian.

Perwakilan CrowdStrike untuk wilayah Asia Pasifik, Scott Jarkoff, mengatakan bahwa upaya spionase yang didalangi oleh pemerintah kini semakin banyak dilakukan. Tujuannya adalah untuk melakukan pengembangan vaksin corona dengan lebih cepat.

Saat ini di seluruh dunia sudah ada sekitar 190 proyek vaksin corona yang sedang berlangsung, setidaknya sampai akhir September lalu. Beberapa di antaranya sudah memasuki tahap akhir uji coba dan diawasi langsung oleh WHO.

Sementara di Jepang, saat ini proyek pengembangan vaksin corona dilakukan oleh University of Tokyo, Osaka University, the National Institute of Infectious Diseases, serta beberapa lembaga penelitian lainnya.

Badan Penelitian dan Pengembangan Medis (AMED) yang disponsori pemerintah, kini telah mengalokasikan dana untuk setidaknya 20 proyek penelitian vaksin corona yang dilakukan oleh universitas dan perusahaan swasta.

Selanjutnya: Kasus corona global tembus 40 juta, bertambah 10 juta dalam satu bulan



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×