Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Jumat (17/2/2023) memuji perusahaan raksasa gas alam Rusia, Gazprom. Dia meyakini Gazprom akan berkembang meskipun ada upaya dari Barat untuk menjegal pengaruhnya karena permintaan gas akan meningkat di Asia.
Melansir Reuters, sejak Putin mengirim pasukan ke Ukraina, perusahaan gas alam terbesar di dunia itu telah bergulat dengan penurunan tajam penjualan gas ke Eropa karena Barat berupaya mengurangi ketergantungannya pada energi Rusia dan menargetkan untuk memangkas pendapatan anggaran Rusia.
Gazprom, yang memiliki sekitar 15% cadangan gas global dan mempekerjakan sekitar 490.000 orang, adalah salah satu perusahaan Rusia yang paling kuat - begitu kuat sehingga pernah dikenal sebagai negara di dalam negara.
Putin mengatakan seluruh Rusia bangga dengan Gazprom, yang didirikan 30 tahun lalu dari aset kementerian gas Soviet saat Uni Soviet runtuh.
"Meskipun tidak adil - terus terang - persaingan, upaya langsung dari luar untuk menghambat dan menahan perkembangannya, Gazprom bergerak maju, meluncurkan proyek baru," kata Putin kepada CEO Alexei Miller melalui tautan video.
Baca Juga: Perdagangan Gas Antara Moskow dan Eropa Selama Puluhan Tahun Hancur Berantakan
Dia menambahkan, "Selama 30 tahun sebelumnya, konsumsi gas global hampir naik dua kali lipat, dan dalam 20 tahun ke depan, menurut perkiraan para ahli, akan bertambah setidaknya 20 persen lagi, dan mungkin lebih."
Ekspor gas Gazprom ke Eropa, yang dulunya merupakan sumber utama pendapatannya, turun tajam tahun lalu ke posisi terendah di tengah kejatuhan politik akibat konflik di Ukraina dan karena jaringan pipa Nord Stream rusak akibat ledakan misterius.
Putin mengatakan bahwa permintaan gas di masa depan akan didorong oleh Asia. Dia tidak menyebutkan Nord Stream atau ekspor Eropa.
Baca Juga: Rusia Kirim Lebih Banyak Minyak ke China dan India dengan Diskon Besar
“Dalam apa yang disebut masa transisi, permintaan akan sangat besar. Apalagi, lebih dari setengah peningkatan ini akan jatuh ke negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, pertama-tama, tentu saja, di Republik Rakyat Tiongkok, mengingat tingkat pertumbuhan ekonominya," jelas Putin.