Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
ALMATY. Krisis finansial global yang semakin menjalar saat ini membuat banyak negara membutuhkan dana besar untuk tingkatkan likuiditas. Salah satunya dengan mengajukan pinjaman ke Badan Keuangan Internasional atawa International Monetary Fund (IMF). IMF sendiri beberapa waktu lalu bilang, pihaknya sudah menyiapkan dana hingga ratusan miliar dolar untuk dikucurkan kepada negara-negara yang membutuhkan.
Meski demikian, tidak semua negara mau mengajukan pinjaman ke IMF. Seperti yang dilakukan oleh Kazakhstan. Menurut Perdana Menteri Kazakhstan Karim Masimov, negaranya akan menggunakan cadangan minyak negara untuk mencegah kolapsnya perekonomian.
“Pemerintah Kazakh memiliki kesiapan dana untuk masuk kapan pun. Sistem perbankan Kazakh dibantu dengan dorongan pemerintah dan bank sentral akan menjamin seluruh obligasi terhadap investor internasional,” kata Masimov di Astana.
Padahal, setelah Islandia, Kazakhstan juga memiliki risiko tertinggi yang mengalami kebangkrutan pada perbankan. Pasalnya, menurut RBC Capital Market dalam laporannya minggu lalu, negara yang perekonomiannya ditopang oleh minyak ini memang posisinya lebih terancam dibanding negara-negara lainnya, terkecuali Latvia.
Pemerintah Kazakh diperkirakan membutuhkan dana sebesar US$ 10 miliar untuk membantu pertumbuhan ekonomi. Dana tersebut nantinya akan digunakan untuk investasi di sektor pertanian, infrastruktur dengan pembangunan proyek pembangkit listrik. Selain itu, Pemerintah Kazakhstan juga harus menggelontorkan dana tambahan lain sebesar US$ 5 miliar yang ditujukan untuk membeli aset-aset bermasalah dari bank-bank dalam jangka waktu dua tahun ke depan.
Hanya saja, Masimov meyakinkan, “Kami memiliki rencana khusus sendiri untuk bertahan tanpa ada dukungan dari pihak luar. Saya rasa kami tidak membutuhkan bantuan dari IMF maupun negara lain.”