Sumber: The Straits Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Rusia Vladimir Putin meyakinkan bahwa masih ada harapan untuk mengakhiri perang di Ukraina melalui jalur diplomatik. Pesan ini disampaikan Putin langsung kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang berkunjung ke Moskow hari Selasa (26/4).
Saat ini invasi Rusia ke Ukraina, atau oleh Rusia disebut sebagai operasi militer khusus, masih berlangsung dan memasuki bulan kedua. Sejalan dengan itu, Putin menyebut Rusia membuka diri untuk segala bentuk dialog.
"Meskipun operasi militer sedang berlangsung, kami masih berharap bahwa kami akan dapat mencapai kesepakatan di jalur diplomatik. Kami sedang bernegosiasi, kami tidak menolak dialog," kata Putin, seperti dikutip The Straits Times.
Baca Juga: PM Inggris: Dialog dengan Putin Sama Seperti Berurusan dengan Buaya
Di hadapan Guterres, Putin menyebut bahwa itikad baik Rusia dalam dialog telah diusik oleh adanya klaim kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Rusia di Bucha, Ukraina.
Putin melihat klaim tersebut adalah bentuk provokasi dari pihak lawan agar dunia memberikan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia.
"Ada provokasi di desa Bucha, yang tidak ada hubungannya dengan tentara Rusia. Kami tahu siapa yang menyiapkan provokasi ini. Kami tahu dengan cara apa dan orang macam apa yang melakukannya," tegas Putin tanpa menyebut pihak mana pun.
Secara terbuka, Putin turut menyalahkan aksi kudeta anti-negara yang menggulingkan presiden Ukraina pro-Rusia pada tahun 2014 sebagai sumber kekacauan negara itu.
Dalam kunjungannya ke Moskow, Guterres mengulangi seruannya agar Rusia dan Ukraina bekerja sama dengan PBB untuk menyiapkan bantuan dan koridor evakuasi untuk membantu warga sipil di Ukraina.
Baca Juga: Sebut Akan Digunakan Ukraina untuk Menumpuk Senjata, Rusia Tolak Gencatan Senjata
Sebelum ini Rusia telah menolak adanya gencatan senjata kemanusiaan selama empat hari yang diminta PBB untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan dan memobilisasi warga sipil. Rusia melihat momen gencatan senjata itu hanya akan dimanfaatkan Ukraina untuk menumpuk senjata dari Barat.
Menggambarkan dirinya sebagai pembawa pesan perdamaian sebelum datang ke Moskow, Guterres melihat invasi Rusia adalah pelanggaran integritas teritorial.
"Ada dua posisi tentang apa yang terjadi di Ukraina. Bagi Rusia, ini adalah operasi militer khusus. Dari sudut pandang PBB, invasi Rusia ke Ukraina adalah pelanggaran integritas teritorial," kata Guterres, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Guterres berharap perang segera bisa diakhiri demi kebaikan rakyat Ukraina, rakyat Rusia, dan semua orang di dunia yang terkena dampaknya.