Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Vladimir Putin mengatakan, langkah Amerika Serikat (AS) keluar dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik (ABM Treaty) pada 2002 memaksa Rusia untuk mengembangkan senjata hipersonik.
"Kami harus membuat senjata-senjata ini sebagai tanggapan terhadap sistem pertahanan rudal strategis AS, yang di masa depan dapat benar-benar menetralkan, meniadakan seluruh potensi nuklir kami," tegas Putin saat konferensi video di Gunsmith Day, Sabtu (19/9), seperti dikutip kantor berita TASS.
Saat konferensi video yang juga di hadiri perancang teknologi roket dan ruang angkasa Gerbert Efremov, Putin membandingkan pekerjaan para pembuat senjata Rusia dalam pengembangan rudal hipersonik Avangard dengan skala proyek nuklir Uni Soviet.
"Anda tidak hanya berdiri di awal mula ide teknologi ini, tetapi Anda adalah penulisnya. Dalam kondisi modern, perwujudan ide Anda untuk negara kita tidak diragukan lagi, sebanding dengan implementasi Soviet, proyek nuklir dan rudal yang dilakukan oleh ilmuwan Soviet terkemuka Kurchatov dan Korolev," kata Putin.
Baca Juga: Jenderal AS beberkan rencana Pentagon hadapi perang nuklir dengan Rusia & China
Trump: Rusia curi teknologi dari AS
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim, Rusia menciptakan rudal hipersonik setelah menerima informasi tentang teknologi tersebut dari pemerintahan pendahulunya, Barack Obama.
"Mereka (Rusia) memiliki rudal, rudal super-duper-hipersonik. Kecepatannya lima kali lebih cepat dari rudal biasa," katanya saat kampanye akbar di Bemidji, Minnesota, Jumat (18/9). "Kami memiliki satu yang lebih cepat, lebih cepat dari itu".
"Rusia mendapat informasi itu dari Pemerintahan Obama, Rusia mencuri informasi itu. Anda tahu itu, Anda tahu itu. Rusia mendapat informasi itu, dan kemudian mereka membangunnya," ujar dia seperti dikutip kantor berita TASS.
Berbicara pada sebuah acara di Gedung Putih pada pertengahan Mei lalu, Trump mengatakan, AS sedang mengerjakan "rudal super-duper" yang mampu terbang 17 kali lebih cepat dibanding rudal lain yang ada saat ini.
Tapi, dia tidak memberikan perincian lebih lanjut.
Baca Juga: Trump: Rusia curi informasi teknologi rudal hipersonik dari AS
Belakangan, para pejabat senior AS mengakui, negaranya berusaha mengejar ketertinggalan Rusia dan China di ranah senjata hipersonik.
Untuk pertama kali Rusia melampaui negara lain
Menteri Pertahanan Mark Esper menyatakan pada 7 Desember 2019, negaranya sedang "merencanakan pengejaran" dan "menginvestasikan setiap dollar sebisa mungkin" untuk mendapatkan kemajuan dalam senjata hipersonik.
Presiden Putin sebelumnya mengatakan, sekarang Rusia memiliki senjata hipersonik, tidak ada gunanya negara lain mengeluarkan begitu banyak uang untuk menghalangi Rusia.
Dia mencatat, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Rusia telah melampaui negara lain dalam hal pengembangan senjata canggih.
Resimen Rudal Pertama Sistem Rudal Jelajah Hipersonik Avangard mulai beroperasi di Rusia pada akhir 2019. Selain itu, Rusia terus menguji senjata mutakhir lainnya, termasuk rudal jelajah anti-kapal hipersonik Tsirkon dan sistem rudal strategi Sarmat.