Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. CEO Twilio, Khozema Shipchandler, dikenal dengan pola kerja yang jauh dari konsep work-life balance.
Ia bangun pukul 04.30 pagi untuk mulai memeriksa email dan Slack, bekerja hingga pukul 21.00 malam, dan bahkan kerap berlari mengitari rumah di sela rapat untuk mengusir penat.
“Jeda waktu yang saya berikan agar saya tidak memikirkan pekerjaan adalah enam hingga delapan jam pada hari Sabtu,” ujar Shipchandler kepada Fortune.
Ia menilai disiplin tersebut yang membawanya sukses, dari menjadi CFO perusahaan bernilai miliaran dolar di usia 31 tahun hingga kini memimpin Twilio, perusahaan teknologi senilai US$ 16 miliar.
Baca Juga: Anthony Tan: Kisah CEO Grab yang Mengubah Wajah Transportasi Asia Tenggara
Lahir dari keluarga imigran asal Mumbai, Shipchandler menuturkan bahwa orang tuanya menanamkan nilai kerja keras sejak kecil.
“Orang tua saya adalah kisah sukses imigran klasik… Mereka benar-benar bekerja keras dan bermain keras,” katanya.
Karier Cepat dan Filosofi Kerja
Shipchandler lulus dari Indiana University Bloomington pada 1996 dan langsung bergabung dengan General Electric (GE).
Semangat kerjanya membuahkan hasil: di usia 31 tahun ia sudah menduduki posisi CFO di salah satu lini bisnis GE.
Menurutnya, jika seseorang mau berusaha, perusahaan akan membuka kesempatan.
Baca Juga: CEO BlackRock Sebut Usia Pensiun 65 Tahun di AS Sudah Ketinggalan Zaman
Di tengah perubahan budaya kerja yang digerakkan generasi muda dengan tuntutan fleksibilitas dan batas tegas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, Shipchandler justru percaya bahwa untuk mencapai posisi puncak, pengorbanan jam kerja tetap tak terelakkan.
Ia mengakui, konsekuensinya adalah tidak selalu hadir dalam momen keluarga, termasuk pertandingan tenis anaknya.
Rutinitas Sehari-hari
Setiap hari, Shipchandler bangun pukul 04.30 pagi untuk memeriksa isu penting. Setelah itu ia minum kopi, sarapan smoothie, membaca berita, lalu berolahraga.
Menurutnya, urutan ini penting agar ia bisa berpikir jernih mengenai hal-hal yang harus dihadapi sepanjang hari.
Pukul 07.30 pagi ia resmi mulai bekerja, lebih awal daripada mayoritas teknisi Twilio yang rata-rata memulai pukul 09.00.
Waktu makannya pada pukul 18.30 bisa bersama keluarga, pelanggan, atau pimpinan saat ia sedang bepergian. Setelah itu, ia kembali bekerja hingga sekitar pukul 20.00, sebelum menutup malam dengan hiburan ringan dan tidur pukul 21.30.
Baca Juga: CEO Nvidia Jensen Huang: Ledakan AI Masih Jauh dari Kata Usai
Akhir pekannya sedikit lebih santai. Ia bangun pukul 06.30 pagi, namun tetap bekerja pada hari Minggu. Satu-satunya jeda penuh dari pekerjaan hanya berlangsung 6–8 jam pada hari Sabtu.
Untuk menjaga fokus, Shipchandler menegaskan bahwa ia hanya meluangkan waktu untuk rapat yang benar-benar penting.
Ia juga membatasi durasi rapat agar selalu ada waktu jeda. Di sela-sela rapat, ia berjalan cepat atau berlari kecil di sekitar rumah.
Setelah makan siang, ia rutin berjalan di treadmill selama 10 menit untuk menghindari rasa kantuk.
Selain itu, ia menjauh dari media sosial agar tidak terdistraksi. “Menurutku kebiasaan sangatlah penting,” ujarnya.
Baca Juga: CEO Coinbase Pecat Peneliti yang Enggan Belajar Teknologi AI
Baginya, kebiasaan terstruktur membuat pekerjaan bisa dijalankan dengan lebih fokus dan efisien.
Bagi Shipchandler, kerja keras, disiplin, dan pengorbanan adalah harga yang harus dibayar untuk berada di level teratas kepemimpinan perusahaan teknologi global.













