Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Tri Adi
Titik balik kesuksesan perusahaan ini ketika pada 1997, Stine Seed melakukan kerjasama dengan perusahaan multinasional Monsanto Agricultural Products dan Asgrow Seed Company. Kesepakatan ini dirancang untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan genetika kedelai dan teknologi pengembangan produk. Sebagai hasil dari perjanjian, petani akan memiliki akses ke produk benih yang tersedia dalam pilihan merek yang lebih banyak. Karena teknologi ini tidak hanya akan berakhir pada produk bermerek Stine tetapi juga di persediaan benih yang dikembangkan oleh Stine, yang dilisensikan ke perusahaan lain.
Kesepakatan pemberian lisensi ini menjadi sangat menguntungkan bagi bisnis Stine dan menjadi tulang punggung kerajaan bisnisnya. Sebab dia banyak bekerjasama dengan perusahaan multinasional besar di seluruh dunia,
Selain kerjasama dengan Monsanto, Stine Seeds juga melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan pertanian ternama seperti DuPont dan Syngenta. Ini membuat dua pertiga dari benih kedelai di Amerika berasal dari Stine Seeds.
Bisnis Stine Seed kian berkembang setelah kerjasama dengan beberapa perusahaan tersebut. Stine menjadi leluasa meningkatkan jangkauan bisnisnya ke luar AS. Negara-negara seperti China, Amerika Selatan dan Eropa merupakan sasaran pertama Stine. Selain di Iowa, Stine juga mempunyai beberapa tempat untuk melakukan riset yaitu di pantai barat Amerika dan di Guyana.
Selain penelitian kedelai, Stine juga berupaya meningkatkan produktivitas jagung dengan melakukan modifikasi genetik dan cara tanam. Bahkan saat ini beberapa petani jagung di AS menggunakan rekomendasinya untuk budidaya jagung.
Majalah Forbes mencatat pada 2014, nilai perusahaan ini mencapai US$ 3 miliar dengan penjualan lebih dari US$ 1 miliar. Kesuksesan membesarkan Stine Seed membuat Stine dinobatkan sebagai CEO Top di STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika) oleh STEMConnector.
(Bersambung)