Sumber: AFP | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Uni Eropa (EU) pada hari Rabu (3/12/2025) waktu setempat, memperkenalkan rencana bernilai miliaran euro untuk membantu mengurangi ketergantungan blok 27 negara tersebut terhadap Tiongkok dalam hal pasokan logam tanah jarang (rare earths).
Hal ini dilakukan karena dominasi Tiongkok terhadap material penting ini mengancam industri-industri utama di Eropa.
AFP melaporkan, Tiongkok, produsen rare earths terbesar di dunia, pada bulan Oktober lalu mengumumkan kontrol baru atas ekspor elemen-elemen ini. Rare earths sangat penting digunakan untuk membuat magnet yang krusial bagi industri otomotif, elektronik, dan pertahanan.
Langkah Tiongkok ini sempat mengguncang pasar dan mengganggu rantai pasokan global, hingga akhirnya Tiongkok mengumumkan penangguhan pembatasan tersebut selama satu tahun. Sejak April, Beijing memang sudah mewajibkan lisensi untuk ekspor material tertentu, yang telah memukul sektor manufaktur global.
"Eropa sedang merespons realitas geopolitik global yang baru," kata Kepala Industri EU, Stephane Sejourne, mengenai rencana tersebut. Ia sebelumnya menyamakan kontrol Tiongkok atas rare earths ini sebagai sebuah "praktik pemerasan" yang dijalankan oleh Beijing.
Baca Juga: Elon Musk Bocorkan Rahasia Gedung Putih, Siapa yang Akan Berkuasa setelah Era Trump?
Komisi Eropa menyatakan akan mencairkan hampir tiga miliar euro (sekitar US$ 3,5 miliar) untuk mendukung proyek-proyek strategis di bidang penambangan, pemurnian, dan daur ulang mineral dan logam vital ini, baik di dalam Eropa maupun di negara-negara mitra.
Eksekutif EU juga mengusulkan pembentukan Pusat Eropa untuk Bahan Baku Kritis (European Centre for Critical Raw Materials). Pusat ini akan menjadi pusat pasokan blok tersebut, meniru model perusahaan milik negara Jepang, Japan Oil, Gas and Metals National Corporation.
Sejourne menyebut pusat ini akan memiliki tiga tugas utama: "Memantau dan menilai kebutuhan, mengoordinasikan pembelian bersama atas nama negara-negara anggota, dan mengelola persediaan serta pengiriman kepada perusahaan sesuai kebutuhan."
Brussels juga berencana membatasi ekspor sisa dan limbah magnet permanen, yang terbuat dari rare earths dan banyak digunakan dalam industri, mulai tahun depan, untuk mendorong daur ulang di Eropa. EU juga merencanakan pembatasan ekspor limbah aluminium dan kemungkinan akan melakukan hal yang sama untuk tembaga.
Baca Juga: Ekonomi China 2026: Target 5% Berlanjut, Deflasi Bisa Bertahan hingga 2027
Eropa Terjepit
Dua tahun lalu, EU mengesahkan undang-undang yang bertujuan mengamankan pasokan bahan baku kritis.
Namun, blok tersebut kini merasa terjepit di antara pembatasan Tiongkok dan sikap Amerika Serikat di bawah Donald Trump, yang sedang melakukan negosiasi perjanjian bilateral di segala lini untuk mengamankan pasokannya sendiri.
Sebuah studi yang diterbitkan hari Senin oleh Kamar Dagang EU di Tiongkok menyebutkan bahwa 60% anggotanya memprediksi gangguan pada rantai pasokan mereka akibat pembatasan yang diberlakukan pemerintah, dan 13% khawatir mereka mungkin harus menghentikan atau memperlambat produksi mereka.
Komisi Eropa juga memperbarui strateginya untuk menjamin "keamanan ekonomi" EU.
"Di seluruh dunia, perdagangan dijadikan senjata. Rantai pasokan berada di bawah tekanan," kata Kepala Perdagangan EU, Maros Sefcovic, saat mempresentasikan rencana tersebut kepada wartawan.
"Poin-poin hambatan strategis mengubah ketergantungan ekonomi menjadi tekanan politik, dan ini menghantam perusahaan kita setiap hari," tambahnya.
Strategi pertama semacam itu dibuat pada tahun 2023 setelah blok tersebut belajar keras dari pandemi Covid dan perang Ukraina yang menunjukkan kerapuhan jalur pasokannya.
Namun, ketegangan diplomatik dan geopolitik yang baru, terutama administrasi AS yang bersedia bertindak agresif dalam perdagangan bahkan terhadap sekutu dekatnya, telah mendorong Brussels untuk meninjau kembali aturan mainnya.
Tonton: Setelah Sumatera, Waspadai Bibit Siklon Tropis di Selatan Indonesia Jelang Nataru 2026
Doktrin yang diperbarui tersebut menyerukan kemudahan penggunaan alat-alat utama yang sudah dimiliki EU—seperti kontrol investasi asing, pembatasan ekspor, dan diversifikasi pemasok—serta menambahkan alat baru jika diperlukan.
"Eropa akan terus memperjuangkan perdagangan terbuka dan investasi global, tetapi keterbukaan kita harus didukung oleh keamanan," kata Sefcovic.
"Itulah mengapa Anda akan melihat penggunaan alat-alat yang ada secara lebih strategis dan asertif, pengembangan alat-alat baru jika diperlukan, dan kapasitas yang lebih kuat untuk mengumpulkan dan berbagi intelijen ekonomi."
Kesimpulan
Artikel ini membahas langkah besar Uni Eropa untuk memutus dominasi Tiongkok atas pasokan rare earths (logam tanah jarang), material yang sangat penting bagi industri teknologi tinggi dan pertahanan.
Uni Eropa mengalokasikan hampir €3 miliar untuk mendanai proyek penambangan, pemurnian, dan daur ulang di Eropa dan negara mitra. Mereka juga membentuk Pusat Eropa untuk Bahan Baku Kritis untuk memantau, mengoordinasikan pembelian, dan mengelola stok. Langkah ini dipicu oleh pembatasan ekspor rare earths yang diberlakukan Tiongkok, yang dianggap EU sebagai "senjata" dalam perdagangan global.
Secara keseluruhan, EU merasa terjepit oleh tindakan Tiongkok dan strategi unilateral Amerika Serikat di bawah Trump. Oleh karena itu, EU memperbarui doktrin "keamanan ekonomi" mereka dengan menggunakan alat perdagangan secara lebih strategis dan asertif untuk melindungi rantai pasokan dan mengurangi ketergantungan.













