Sumber: Forbes | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Armada kapal keruk yang berbasis di Tiongkok terus-menerus berputar di Laut China Selatan. Melansir Forbes, kapal tersebut diduga bertindak ilegal dan menyebabkan kerusakan ekologis. Citra satelit menunjukkan skala aktivitas yang luar biasa di Laut China Selatan di mana puluhan hingga ratusan kapal yang terlibat.
Pada 17 April, Penjaga Pantai Taiwan dilaporkan mengejar 40 kapal keruk ilegal dari suatu daerah di ujung utara Laut China Selatan. Gambar satelit yang diambil pada 13 April dan berhasil didapat Forbes, menunjukkan aktivitas ini. Gambar lain, diambil pada 3 Mei mengkonfirmasi bahwa kapal tersebut kembali dan terus melakukan pengerukan.
Baca Juga: Laut China Selatan: RI kutuk kekejaman perusahaan China, operasi militer AS meningkat
Kapal tersebut menggunakan alat keruk isap untuk menyedot pasir. Setiap kapal pengerukan self-propelled, diprediksi dapat membawa ratusan ton pasir dan sering melakukan perjalanan.
Menurut presiden Masyarakat Margasatwa dan Alam Taiwan, Jeng Ming-shiou, yang dikutip oleh media setempat, kapal-kapal China mengeruk pasir lebih dari 100.000 ton per hari. Kegiatan ini telah berlangsung selama beberapa tahun.
Baca Juga: Operasi militer meningkat, AS sudah lakukan 39 penerbangan di atas Laut China Selatan
Bukan hanya Taiwan, kapal keruk China juga menghadapi perlawanan di negara lain. Pada Agustus 2019, sebuah kapal keruk besar kandas di dekat Aparri, Cagayan, di pantai utara Filipina. Kapal Tiongkok ini dilaporkan terlibat dalam kegiatan pengerukan yang sah di Filipina.
Pasir itu tampaknya ditujukan untuk perluasan Bandara Hong Kong. Keabsahan operasi dipertanyakan secara lokal karena ada penentangan terhadap penambangan pasir hitam.
Pasir hitam sangat relevan untuk Filipina. Pasir ini digunakan dalam produk beton dan baja, serta perhiasan dan kosmetik. Pasir itu juga bisa mengandung Magnetite, sejenis bijih besi yang merupakan komoditas berharga. Ekstraksinya mungkin memiliki dampak negatif yang signifikan. Ini dapat mempengaruhi stok ikan dan menyebabkan erosi, serta membahayakan komunitas lokal.
Baca Juga: Hubungan AS dan China kian panas di Laut China Selatan, ini penyebabnya
Sudut lain dari kegiatan pengerukan laut ilegal adalah penjarahan kapal yang karam. Bangkai kapal yang diselamatkan secara ilegal termasuk kuburan perang dari Perang Dunia II. Pedagang besi tua yang terlibat mungkin termasuk perusahaan Malaysia. Bangkai kapal termasuk angkatan laut Amerika, Inggris, Belanda dan Jepang, serta banyak kapal dagang yang ditenggelamkan selama perang.
Kapal perang Inggris yang terkenal HMS Prince of Wales telah menjadi salah satu korban yang diketahui, seperti halnya kapal selam Angkatan Laut AS, USS Perch. Dan kapal penjelajah USS Houston yang tenggelam di Pertempuran Selat Sunda pada tahun 1942. Makam perang itu berisi 650 pelaut dan marinir Amerika.