Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pemimpin Hong Kong Carrie Lam berjanji akan fokus pada perumahan dan lapangan pekerjaan untuk mencoba mengakhiri tiga bulan lebih aksi unjuk rasa yang terkadang disertai kekerasan.
Lam mengatakan dalam sebuah postingan di Facebook bahwa pemerintahnya akan meningkatkan pasokan perumahan di kota yang dikuasai China itu.
Baca Juga: Redam dampak demo, China minta BUMN mereka untuk mendongkrak investasi di Hong Kong
"Perumahan dan mata pencaharian masyarakat adalah prioritas utama," kata Lam seperti dikutip Reuters. "Pemerintah akan menambah langkah-langkah pasokan perumahan yang akan terus diberlakukan dan tidak ketinggalan."
Percikan utama aksi protes adalah RUU ekstradisi yang sekarang sudah ditarik dan kekhawatiran bahwa China mengikis kebebasan sipil. Tetapi banyak pemrotes terutama kalangan muda yang juga marah dengan biaya hidup yang tinggi dan kurangnya prospek pekerjaan.
Hong Kong memiliki beberapa real estat termahal di dunia dan banyak orang muda mengatakan kebijakan perumahan kota itu tidak adil, menguntungkan orang kaya sambil memaksa mereka untuk tinggal bersama orang tua mereka atau menyewa apartemen seukuran "kotak sepatu" dengan harga selangit.
Baca Juga: Aksi demo belum reda, seri turnamen tenis WTA di Hong Kong ditunda
Komentar Lam muncul ketika para aktivis merencanakan aksi terbaru dalam serangkaian protes di negara bekas koloni Inggris tersebut.
Demonstrasi dimulai pada bulan Juni 2019 sebagai tanggapan terhadap RUU ekstradisi yang akan memungkinkan orang Hong Kong untuk dikirim ke China daratan untuk diadili di pengadilan yang dikendalikan Partai Komunis China. Belakangan aksi unjuk rasa telah meluas ke seruan untuk demokrasi.
Hong Kong kembali ke China pada tahun 1997 di bawah formula "satu negara, dua sistem" yang menjamin kebebasan yang tidak dinikmati di China daratan termasuk sistem hukum independen yang sangat dihargai.
Aksi demo di pusat perbelanjaan juga direncanakan selama akhir pekan ini.
Para aktivis juga berencana berkumpul di luar konsulat Inggris pada hari Minggu (15/9) untuk menuntut China menghormati Deklarasi Bersama Tiongkok-Inggris yang ditandatangani pada tahun 1984.
Baca Juga: Rencana Hong Kong akuisisi bursa efek London diperkirakan gagal
China sendiri menyatakan Hong Kong sekarang merupakan urusan internalnya. China membantah campur tangan di Hong Kong dan menuduh Amerika Serikat (AS), Inggris, dan yang lainnya mengobarkan kerusuhan.
Inggris menyatakan memiliki tanggung jawab hukum untuk memastikan China mematuhi kewajibannya berdasarkan Deklarasi Bersama.
Hong Kong menghadapi resesi pertamanya dalam satu dekade sebagai akibat aksi protes berkepanjangan. Lonjakan aplikasi migrasi menunjukkan semakin banyak penduduk setempat yang berencana untuk pergi dari Hong Kong.
China telah meminta perusahaan-perusahaan negara terbesarnya untuk mengambil peran yang lebih aktif di Hong Kong, termasuk meningkatkan investasi dan menegaskan lebih banyak kontrol terhadap perusahaan.
Baca Juga: Niat baik Trump soal penundaan tarif bikin yuan perkasa
Lebih dari 80% dari 120 bisnis yang disurvei oleh Kamar Dagang Amerika di Singapura mengatakan protes telah mempengaruhi keputusan mereka dalam berinvestasi di Hong Kong di masa depan. Sebanyak 23% responden menyatakan rencana relokasi masih dalam pertimbangan.
Berbagai acara dan konferensi Hong Kong telah dibatalkan dan jumlah pengunjung anjlok 40% persen pada Agustus 2019. Turnamen tenis WTA yang dijadwalkan pada Oktober mendatang juga telah ditunda.