Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - TAINAN. Bersenjata dan siap lepas landas, jet tempur Angkatan Udara Taiwan "berteriak" ke langit pada Selasa (26/1) dalam latihan untuk mensimulasikan skenario perang.
Latihan tersebut menunjukkan kesiapan pertempuran armada perang Taiwan, setelah puluhan pesawat tempur China terbang ke zona pertahanan udara pulau itu selama akhir pekan lalu.
Taiwan, yang China klaim sebagai wilayahnya, telah berada di ujung tanduk sejak "serangan" besar-besaran oleh pesawat tempur China dan pembom berkemampuan nuklir ke bagian barat daya zona identifikasi pertahanan udaranya
Puluhan pesawat tempur China terbang ke zona pertahanan udara Taiwan pada Sabtu dan Minggu lalu, yang bertepatan dengan masuknya grup kapal induk Amerika Serikat (AS) di Laut Cina Selatan.
Baca Juga: Kian tegang, belasan pesawat militer China kembali terobos zona pertahanan Taiwan
Pangkalan udara di Kota Tainan, Selatan Taiwan, rumah bagi jet tempur F-CK-1 Ching-kuo Indigenous Defense Fighters (IDF), sering terbang untuk mencegat pesawat militer Angkatan Udara China.
Kru penerbangan dari First Tactical Fighter Wing bergegas menyiapkan dua IDF saat bel alarm berbunyi, bertujuan untuk mengeluarkan mereka dari darat dalam waktu lima menit setelah panggilan darurat.
Tidak akan menyerahkan satu inci pun dari wilayah
Jet tempur F-CK-1 Ching-kuo IDF dipersenjatai dengan Sidewinders buatan AS dan Wan Chien, rudal jelajah udara-ke-darat yang dikembangkan di dalam negeri.
Kolonel Lee Ching-shi mengatakan kepada Reuters, jet tempur IDF biasanya membawa senjata Sidewinders dan rudal Sky Sword buatan Taiwan ketika bereaksi terhadap pesawat militer China, dan mereka bisa merespons "kapan saja".
Baca Juga: Kapal induk AS di Laut China Selatan, China: Ini tidak kondusif untuk perdamaian
"Kami siap," katanya. "Kami tidak akan menyerahkan satu inci pun dari wilayah kami".
China belum memberikan penjelasan tentang apa yang pesawat militernya lakukan pada akhir pekan lalu. AS menanggapi dengan menyerukan China untuk berhenti menekan Taiwan dan menegaskan kembali komitmennya terhadap pulau itu.
Angkatan Udara Taiwan terlatih dengan baik, tetapi memiliki pesawat tempur yang jauh lebih sedikit dibanding China, dan di bawah tekanan karena harus menanggapi peningkatan aktivitas China.
"Semua sayap berada di bawah tekanan yang cukup besar, tetapi selama Angkatan Udara ada di sini, kami akan bereaksi sesuai dengan aturan kesiapan pertempuran terkait," kata pilot Wang Chih-chan kepada Reuters.