Sumber: Al Jazeera | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - YANGON. Sekitar 3.000 penduduk negara bagian Karen, Myanmar tenggara, terpaksa melarikan diri ke Thailand setelah militer mengebom daerah yang dikuasai oleh kelompok etnis bersenjata.
Sebelumnya, pada hari Minggu (28/3), militer Myanmar melancarkan serangan udara di lima wilayah di distrik Mutraw dekat perbatasan timur yang juga mencakup kamp pengungsian.
Organisasi Wanita Karen melaporkan ribuan penduduk bersembunyi di hutan dan berusaha menyeberang ke Thailand untuk mengungsi.
Organisasi tersebut menuntut tanggapan internasional terhadap kekejaman yang terjadi. Mereka berharap militer tidak dapat lagi bertindak dengan impunitas.
Layanan Penyiaran Publik Thailand juga membenarkan adanya 3.000 orang yang telah mencapai Thailand. Namun otoritas Thailand masih belum memberikan komentar langsung.
Baca Juga: Pemerintah Indonesia mendesak pertemuan tingkat tinggi ASEAN bahas krisis di Myanmar
Al Jazeera melaporkan, di kota Bago, militer menembaki orang-orang yang berkumpul untuk memperingati meninggalnya Thae Maung Maung, mahasiswa 20 tahun yang terbunuh pada hari Sabtu (27/3).
"Saat kami menyanyikan lagu revolusi untuknya, pasukan keamanan baru saja datang dan menembak kami. Orang-orang, termasuk kami, lari saat mereka melepaskan tembakan," ungkap salah seorang pengunjung rasa, seperti dikutip Al Jazeera.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) pada hari Minggu juga melaporkan sebanyak 13 orang lainnya tercatat tewas dalam insiden di tempat lain di Myanmar.
Kelompok advokasi Myanmar itu mencatat 459 warga sipil kini telah tewas dalam hampir dua bulan sejak kudeta, sementara lebih dari 2.559 telah ditahan.