Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Raksasa pertambangan global Rio Tinto Plc menyatakan perlu kinerja kuat pada kuartal IV-2025 agar dapat memenuhi target pengiriman bijih besi tahunannya.
Meski permintaan dari China melonjak seiring percepatan investasi global menjelang pemberlakuan tarif baru.
Harga bijih besi kini menembus level tertinggi sejak Februari, terdorong oleh stimulus infrastruktur terarah di China yang mendorong produksi baja, kata Rio Tinto dalam laporan kinerjanya, Selasa (14/102025).
Baca Juga: Rio Tinto Angkat Bos Baru Divisi Bijih Besi, Restrukturisasi Jadi 3 Unit Bisnis Utama
Impor bijih besi China bahkan mencapai rekor tertinggi pada September 2025.
Rio melaporkan pengiriman sebesar 84,3 juta ton dari operasi di Australia Barat selama kuartal III, sedikit di bawah konsensus Visible Alpha sebesar 85,5 juta ton.
Perusahaan sebelumnya menghadapi gangguan akibat empat siklon di wilayah operasi pada awal tahun, membuat Rio memperkirakan total pengiriman bijih besi tahun ini akan berada di batas bawah kisaran target 323 juta–338 juta ton metrik.
“Kinerja kuat pada kuartal IV sangat dibutuhkan karena sistem produksi masih ketat dan memiliki kemampuan terbatas untuk menutupi potensi kerugian tambahan,” kata Rio Tinto, produsen bijih besi terbesar di dunia itu.
Saham Rio yang terdaftar di Australia naik hingga 3,6% pada awal perdagangan Selasa, mencapai level tertinggi sejak akhir September. Saham pesaingnya, BHP dan Fortescue Metals Group, turut menguat lebih dari 2%.
Baca Juga: Rio Tinto Berencana Tingkatkan Investasi Tembaga di AS Usai Kebijakan Tarif Trump
Permintaan China Kembali Menguat
Rio menilai China memasuki kuartal ketiga dengan tekanan deflasi, lemahnya aktivitas manufaktur, ekspor yang menurun, dan krisis berkelanjutan di sektor properti.
Namun, Beijing tetap berfokus mencapai target pertumbuhan ekonomi 5% tahun ini dengan dukungan kebijakan yang lebih terarah untuk sektor infrastruktur dan teknologi, bukan stimulus berskala besar.
Rio juga mencatat bahwa China semakin mendiversifikasi sumber pasokan bijih besinya, termasuk dengan meningkatkan pembelian dari penambang kecil.
Sementara itu, pengiriman gabungan dari produsen besar tetap stagnan dibanding tahun lalu.
Baca Juga: Rio Tinto Minta Pemerintah Australia Bailout Smelter Aluminium Tomago
Fokus pada Transisi Energi dan Keamanan Operasi
Kuartal ini menjadi yang pertama di bawah kepemimpinan CEO baru, Simon Trott, mantan kepala divisi bijih besi Rio yang sejak Agustus menyederhanakan struktur perusahaan menjadi tiga divisi utama: bijih besi global, aluminium dan litium, serta tembaga.
Rio juga menegaskan komitmen terhadap keselamatan kerja setelah satu insiden fatal di proyek Simandou, Guinea, yang dijadwalkan mulai mengirimkan bijih besi sebelum akhir tahun ini.
Selain bijih besi, Rio tengah meningkatkan produksi tembaga, yang permintaannya diperkirakan melonjak di tengah transisi menuju energi hijau.
Baca Juga: AS dan China Akan Saling Menerapkan Tarif Pelabuhan, Picu Gejolak di Sektor Pelayaran
Produksi di tambang Oyu Tolgoi, Mongolia mencetak rekor baru, dengan target peningkatan output tembaga lebih dari 50% tahun ini.
Rio juga membukukan rekor produksi bauksit dua kuartal berturut-turut dan menaikkan proyeksi produksi tahunan menjadi 59–61 juta ton, berkat kinerja kuat tambang Amrun di Australia Utara.