kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.966.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.765   92,00   0,55%
  • IDX 6.749   26,11   0,39%
  • KOMPAS100 973   5,13   0,53%
  • LQ45 757   3,47   0,46%
  • ISSI 214   1,25   0,59%
  • IDX30 393   1,62   0,42%
  • IDXHIDIV20 470   -0,32   -0,07%
  • IDX80 110   0,74   0,67%
  • IDXV30 115   -0,27   -0,24%
  • IDXQ30 129   0,23   0,18%

Robert Kiyosaki: 5 Langkah Penting untuk Generasi Baby Boomer Sebelum Pasar Ambruk


Selasa, 29 April 2025 / 17:40 WIB
Robert Kiyosaki: 5 Langkah Penting untuk Generasi Baby Boomer Sebelum Pasar Ambruk
ILUSTRASI. Robert Kiyosaki, penulis terkenal dari buku Rich Dad, Poor Dad, memberikan peringatan keras kepada generasi baby boomer.


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang semakin menajam, Robert Kiyosaki, penulis terkenal dari buku Rich Dad, Poor Dad, memberikan peringatan keras kepada generasi baby boomer.

Melalui kanal media sosialnya, ia membagikan pandangan tajam tentang potensi kejatuhan pasar saham dan bagaimana generasi tua harus menyesuaikan strategi keuangan mereka agar tetap tangguh menghadapi guncangan besar.

Redefinisi Makna Kemandirian Finansial

Mengutip GOBankingRates, bagi banyak baby boomer, kemandirian finansial identik dengan tabungan pensiun seperti 401(k) dan IRA. Namun, menurut Kiyosaki, ketergantungan tunggal pada instrumen konvensional tersebut kini semakin berisiko.

Pendapatan pasif dari aset lama bisa lenyap dalam sekejap saat pasar runtuh. Ia menyarankan agar generasi ini mulai membangun sumber pendapatan alternatif seperti usaha kecil, meningkatkan cadangan kas pribadi, serta mulai mendiversifikasi portofolio ke arah instrumen yang lebih tahan terhadap inflasi dan gejolak pasar.

Tinjau Ulang Seluruh Portofolio Investasi Anda

Kiyosaki secara konsisten memperingatkan akan datangnya kehancuran besar di pasar saham. Menurutnya, portofolio tradisional seperti saham blue chip, obligasi negara, dan reksa dana kini tidak lagi bisa dianggap aman.

Ia menyarankan untuk mengurangi eksposur pada saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga dan inflasi, dan mempertimbangkan sektor-sektor yang lebih tangguh seperti komoditas, energi, dan teknologi blockchain.

Dalam pandangannya, aset yang dulu dianggap pelindung kekayaan bisa berubah menjadi beban dalam semalam. Ia juga menyarankan agar para investor berkonsultasi dengan penasihat keuangan independen untuk menyeimbangkan ulang portofolio mereka.

Kurangi atau Lepas Kepemilikan Properti Saat Ini

Meskipun properti sering dianggap sebagai aset aman, Kiyosaki menegaskan bahwa pasar perumahan saat ini berada dalam kondisi gelembung. Ia secara blak-blakan menyatakan bahwa dirinya tidak mengandalkan rumah sebagai aset, dan menyarankan untuk menjual properti saat harga masih tinggi.

Menurutnya, nilai properti yang melambung tidak sebanding dengan likuiditasnya. Ketika pasar anjlok, biaya pemeliharaan properti bisa menjadi beban berat, terutama bagi pensiunan.

Ia juga mencermati bahwa generasi muda cenderung lebih memilih fleksibilitas daripada kepemilikan rumah. Dalam hal ini, menyewa bisa menjadi pilihan rasional di masa pensiun karena memberikan fleksibilitas geografis dan biaya tetap yang lebih terkontrol.

Alihkan Dana ke Emas, Perak, dan Bitcoin

Dalam dunia investasi penuh volatilitas, aset riil seperti emas dan perak terbukti lebih tahan terhadap krisis. Kiyosaki mendorong generasi tua untuk mengenal dan berinvestasi dalam aset-aset seperti ini.

Lebih lanjut, ia juga menyarankan untuk mulai mempertimbangkan Bitcoin sebagai alternatif investasi masa depan. Menurutnya, meskipun Bitcoin bersifat fluktuatif, justru dalam kondisi kehancuran sistem fiat, aset kripto seperti ini bisa menjadi pelampung keselamatan.

Aset-aset tersebut tidak terikat langsung dengan pergerakan pasar saham, lebih tahan terhadap inflasi dan devaluasi mata uang, serta dapat memberikan perlindungan dari ketidakpastian geopolitik dan kebijakan moneter.

Jangan Mengandalkan Keberuntungan Masa Lalu

Kiyosaki menutup dengan refleksi keras bahwa boomers pernah mengalami masa keemasan ekonomi, namun era itu tidak akan kembali. Ia mengingatkan bahwa dekade 1970-an memang membawa pertumbuhan luar biasa, tetapi dekade 2020-an justru bisa menjadi masa kehancuran jika tidak disikapi dengan bijak.

Ia menyarankan agar baby boomer menggunakan momentum harga tinggi sekarang untuk menjual aset-aset berisiko, mengevaluasi kondisi ekonomi secara realistis, dan mulai membangun ketahanan finansial jangka panjang.

Ia juga menyarankan agar anak-anak dari generasi boomer mulai mendorong orang tua mereka untuk melepas saham, obligasi, dan properti sebelum semuanya terlambat.

Selanjutnya: Dibayangi Tekanan dari China dan AS, Rupiah Berpotensi Balik Melemah, Rabu (30/4)

Menarik Dibaca: Ketika BaZi Menjadi Alat Baca Diri di Era Sains dan Teknologi, Ini Penjelasannya



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×