kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Rudal Israel Tewaskan Anak-Anak Pengambil Air di Gaza, IDF Sebut Kesalahan Teknis


Senin, 14 Juli 2025 / 09:18 WIB
Rudal Israel Tewaskan Anak-Anak Pengambil Air di Gaza, IDF Sebut Kesalahan Teknis
ILUSTRASI. Sebuah serangan udara Israel menghantam warga Palestina di dekat pusat medis di Gaza pada Kamis (10/7), menewaskan 10 anak-anak dan enam orang dewasa, menurut otoritas kesehatan setempat. REUTERS/Ramadan Abed TPX IMAGES OF THE DAY


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JERUSALEM. Sedikitnya delapan warga Palestina, mayoritas anak-anak, tewas dan belasan lainnya terluka akibat serangan rudal Israel di Kamp Pengungsi Nuseirat, Gaza Tengah, Minggu (13/7).

Serangan tersebut mengenai titik distribusi air bersih, saat warga termasuk anak-anak tengah mengantre mengambil air.

Militer Israel (IDF) menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan seorang militan Jihad Islam, namun rudal meleset "puluhan meter" dari sasaran akibat kesalahan teknis.

Baca Juga: Kebuntuan Perundingan Israel-Hamas, Gencatan Senjata di Gaza Terancam Gagal

“IDF menyesalkan jatuhnya korban sipil yang tidak terlibat dan saat ini sedang melakukan tinjauan terhadap insiden ini,” kata militer Israel dalam pernyataan resminya.

Menurut dr. Ahmed Abu Saifan dari Rumah Sakit Al-Awda, enam anak dilaporkan tewas di tempat, sementara 17 lainnya luka-luka.

Ia mengatakan, krisis air yang makin parah memaksa warga mengantre di pusat distribusi air karena fasilitas desalinasi dan sanitasi tak lagi beroperasi akibat kekurangan bahan bakar.

Beberapa jam setelah insiden di Nuseirat, serangan udara lain menghantam pasar di Gaza City, menewaskan 12 orang, termasuk dokter spesialis ternama, Ahmad Qandil. Militer Israel belum memberikan tanggapan atas serangan kedua tersebut.

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat total korban tewas sejak perang dimulai pada Oktober 2023 telah melampaui 58.000 jiwa, termasuk 139 korban baru dalam 24 jam terakhir. Lebih dari setengah korban dilaporkan merupakan perempuan dan anak-anak. Kementerian tidak memisahkan antara korban sipil dan militan dalam laporan jumlah korban.

Baca Juga: Serangan Israel di Dekat Klinik Gaza Tewaskan 10 Anak, Gencatan Senjata Masih Buntu

Upaya Gencatan Senjata Masih Mandek

Utusan Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, mengatakan pihaknya masih "optimistis" terhadap proses negosiasi gencatan senjata yang saat ini berlangsung di Doha, Qatar. Witkoff dijadwalkan bertemu pejabat tinggi Qatar di sela-sela final Piala Dunia Antarklub.

Namun, harapan terhadap tercapainya kesepakatan gencatan senjata 60 hari mulai memudar. Sumber dari pihak Palestina dan Israel mengonfirmasi bahwa negosiasi tersendat akibat perbedaan tajam mengenai peta penarikan pasukan Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan menggelar rapat kabinet Minggu malam untuk membahas perkembangan terbaru, termasuk rencana memindahkan ratusan ribu warga Gaza ke wilayah Rafah.

Baca Juga: Israel: Gencatan Senjata di Gaza Bisa Terwujud, Tapi Butuh Waktu

Rencana tersebut disebut sebagai proyek “kota kemanusiaan” oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz. Namun, pengamat menilai langkah ini dapat menuai kecaman internasional karena dianggap sebagai bentuk pengusiran paksa.

Sumber dari pihak Palestina mengatakan Hamas menolak peta penarikan pasukan yang diajukan Israel karena tetap menyisakan sekitar 40% wilayah Gaza, termasuk seluruh Rafah, di bawah kendali Israel.

Tekanan dari Keluarga Sandera

Netanyahu juga menghadapi tekanan dari keluarga para sandera yang masih ditahan Hamas. Sekitar 50 orang diyakini masih berada di Gaza, dengan 20 di antaranya diperkirakan masih hidup.

“Kami ingin kesepakatan, bahkan jika itu berarti mengakhiri perang. Dan kami ingin itu sekarang,” kata Jon Polin, ayah dari Hersh Goldberg-Polin, salah satu sandera yang tewas dalam tahanan Hamas pada Agustus 2024.

"Tak Ada Tempat Aman di Gaza"

Baca Juga: Netanyahu: Negara Palestina Merdeka Akan Jadi Landasan untuk Hancurkan Israel

Sementara itu, warga Gaza mengaku tak tahu lagi ke mana harus berlindung.

Salah satu serangan pada Minggu dini hari menghantam sebuah rumah di Gaza City yang sebelumnya digunakan sebagai tempat evakuasi oleh satu keluarga.

“Bibi saya, suaminya, dan anak-anak mereka semua tewas. Apa kesalahan anak-anak yang terbunuh dalam pembantaian berdarah ini?” ujar Anas Matar sambil berdiri di atas puing-puing rumah keluarganya.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×