Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JERUSALEM/KAIRO. Sebuah serangan udara Israel menghantam warga Palestina di dekat pusat medis di Gaza pada Kamis (10/7), menewaskan 10 anak-anak dan enam orang dewasa, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan ini terjadi di tengah perundingan gencatan senjata yang masih belum menunjukkan hasil.
Rekaman video yang telah diverifikasi dari lokasi kejadian di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, menunjukkan tubuh anak-anak dan perempuan tergeletak dalam genangan darah, di tengah debu dan jeritan.
Baca Juga: Israel: Gencatan Senjata di Gaza Bisa Terwujud, Tapi Butuh Waktu
Salah satu video memperlihatkan sejumlah anak tak bergerak di atas gerobak keledai.
"Dia tidak melakukan apa pun, dia tak bersalah, sungguh. Mimpinya hanya agar perang ini segera berakhir dan bisa kembali sekolah," kata Samah al-Nouri di samping jenazah putrinya yang tewas dalam ledakan tersebut.
"Dia hanya sedang mendapat perawatan di fasilitas medis. Kenapa mereka membunuhnya?"
Militer Israel mengklaim mereka menargetkan militan yang terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang saat ini.
Namun mereka juga mengatakan menyadari adanya korban sipil dan tengah melakukan penyelidikan atas insiden tersebut.
Organisasi kemanusiaan asal AS, Project HOPE, menyatakan bahwa serangan terjadi tepat di luar klinik kesehatan Altayara milik mereka.
"Kami benar-benar terpukul dan hancur hati. Kata-kata sudah tidak cukup menggambarkan perasaan kami," ujar organisasi itu dalam pernyataannya.
Serangan ini terjadi di tengah perundingan antara Israel dan Hamas yang dimediasi oleh Qatar untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata 60 hari dan pembebasan sandera.
Baca Juga: Netanyahu Temui Trump di Gedung Putih, AS Dorong Gencatan Senjata di Gaza
Namun, seorang pejabat senior Israel memperkirakan kesepakatan baru akan mungkin dicapai dalam satu hingga dua pekan.
Meski begitu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan optimisme.
"Saya pikir kita lebih dekat daripada sebelumnya," katanya di sela-sela KTT ASEAN di Malaysia.
Kondisi Kemanusiaan Memburuk
Sejak Israel melanjutkan serangan militernya pada Maret, ratusan warga Gaza sebagian besar warga sipil dilaporkan tewas, ribuan lainnya terluka. Rumah sakit yang masih berfungsi pun kewalahan menangani korban.
Kelangkaan bahan bakar semakin memperburuk situasi, termasuk risiko pada unit perawatan bayi prematur di RS al-Shifa, Gaza.
"Kami terpaksa menempatkan tiga hingga lima bayi dalam satu inkubator," ujar Dr Mohammed Abu Selmia, direktur rumah sakit.
Militer Israel mengatakan telah mengizinkan masuknya bahan bakar untuk fasilitas medis, tetapi PBB menilai jumlah tersebut masih jauh dari cukup.
Baca Juga: Trump Percaya Diri Bisa Rampungkan Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Pekan Ini