kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.255   69,00   0,43%
  • IDX 6.901   35,74   0,52%
  • KOMPAS100 1.004   4,88   0,49%
  • LQ45 768   3,99   0,52%
  • ISSI 227   1,02   0,45%
  • IDX30 396   2,65   0,67%
  • IDXHIDIV20 457   1,32   0,29%
  • IDX80 113   0,52   0,46%
  • IDXV30 114   -0,13   -0,12%
  • IDXQ30 128   0,82   0,64%

Netanyahu Temui Trump di Gedung Putih, AS Dorong Gencatan Senjata di Gaza


Senin, 07 Juli 2025 / 18:49 WIB
Netanyahu Temui Trump di Gedung Putih, AS Dorong Gencatan Senjata di Gaza
ILUSTRASI. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan bertemu Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih pada Senin. REUTERS/Elizabeth Frantz


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan bertemu Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih pada Senin, di tengah upaya diplomatik besar-besaran yang bertujuan mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera.

Pertemuan ini berlangsung di tengah pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas di Qatar yang dimediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir.

Harapan Akan Gencatan Senjata dan Kesepakatan Sandera

Trump menyatakan pada Minggu bahwa ada “peluang besar” untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dalam minggu ini. Dalam pertemuan dengan Netanyahu, presiden AS itu diperkirakan akan mendorong kelanjutan pembicaraan damai, termasuk proses pembebasan sandera secara bertahap serta penarikan pasukan Israel dari bagian-bagian Gaza.

Usulan gencatan senjata dari AS mencakup masa jeda selama 60 hari yang akan digunakan untuk membahas potensi mengakhiri perang secara permanen. Hamas, yang sebelumnya menolak kesepakatan jangka pendek, kini disebut telah merespons “dengan semangat positif,” menurut pernyataan Trump pada Jumat.

Baca Juga: Trump Ancam Anggota BRICS dengan Tarif Tambahan 10%, Bagaimana Nasib Indonesia?

Namun, perbedaan sikap masih ada. Israel bersikeras bahwa mereka tidak akan menghentikan perang sampai semua sandera dibebaskan dan Hamas dilucuti, sementara Hamas hanya ingin membebaskan sisa sandera setelah perang benar-benar dihentikan.

Fokus Pertemuan: Gaza, Iran, dan Normalisasi Regional

Pertemuan ini akan menjadi kunjungan ketiga Netanyahu ke Gedung Putih sejak Trump kembali menjabat pada Januari 2025. Kali ini, selain membahas Gaza, Trump dan Netanyahu juga akan mendiskusikan langkah selanjutnya setelah berakhirnya perang 12 hari antara Israel dan Iran bulan lalu, yang diakhiri dengan serangan udara AS terhadap situs nuklir Iran.

Israel berharap konflik singkat dengan Iran dapat membuka jalan bagi hubungan diplomatik baru di kawasan. Menteri Pertanian sekaligus anggota kabinet keamanan Israel, Avi Dichter, menyatakan bahwa pertemuan di Washington juga akan membahas kemungkinan normalisasi hubungan dengan Lebanon, Suriah, dan Arab Saudi.

“Kita akan membicarakan sesuatu yang sering disebut tetapi kini punya makna nyata: Timur Tengah yang baru,” ujar Dichter kepada media nasional Israel, Kan.

Israel dan Hamas Gelar Pembicaraan di Qatar

Seiring berlangsungnya pertemuan di Washington, delegasi Israel dan Hamas melanjutkan pembicaraan tidak langsung di Doha, ibu kota Qatar. Seorang pejabat Israel menggambarkan suasana pembicaraan hari pertama sebagai “positif”, meskipun pejabat Palestina menyebut pertemuan tersebut belum menghasilkan keputusan konkret.

Baca Juga: Trump Percaya Diri Bisa Rampungkan Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Pekan Ini

Isu bantuan kemanusiaan juga masuk dalam agenda pembahasan. Namun, tidak banyak rincian yang diberikan oleh para pejabat terkait sejauh mana kesepakatan telah dicapai.

Dukungan Publik terhadap Gencatan Senjata Meningkat

Netanyahu menghadapi tekanan dalam negeri dari warga Israel yang sudah jenuh dengan perang selama lebih dari 21 bulan. Meskipun beberapa mitra koalisinya menentang gencatan senjata, meningkatnya kelelahan publik membuat pemerintah cenderung menyetujui kesepakatan damai.

Gencatan senjata sebelumnya yang sempat berlaku di awal tahun 2025 gagal dipertahankan, dan negosiasi lanjutan sejak Maret belum membuahkan hasil. Dalam periode tersebut, Israel justru meningkatkan operasi militer di Gaza dan membatasi distribusi pangan secara drastis.

“Semoga gencatan senjata terjadi,” ujar Mohammed Al Sawalheh, warga Gaza yang mengungsi dari Jabalia.

“Kami tidak ingin truce di tengah kematian. Kami ingin gencatan senjata yang benar-benar menghentikan pertumpahan darah ini,” tambahnya.

Korban dan Krisis Kemanusiaan

Perang Gaza meletus pada Oktober 2023 setelah Hamas menyerang Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 251 lainnya. Hingga kini, sekitar 50 sandera diyakini masih berada di Gaza, dan hanya 20 yang diperkirakan masih hidup.

Baca Juga: Trump Sebut Hampir Rampungkan Sejumlah Kesepakatan Dagang, Tarif Baru Mulai 1 Agustus

Balasan Israel dalam bentuk perang berskala penuh telah menyebabkan lebih dari 57.000 warga Palestina tewas, mayoritas warga sipil, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Hampir seluruh penduduk Gaza kini mengungsi dan lebih dari 500.000 orang diperkirakan menghadapi ancaman kelaparan ekstrem dalam beberapa bulan ke depan, menurut data PBB.

Trump Kritik Proses Hukum Netanyahu

Dalam perkembangan terkait, Trump turut mengecam proses hukum yang tengah dihadapi Netanyahu di Israel. Sang perdana menteri saat ini menghadapi dakwaan suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan publik—semua tuduhan yang ia bantah.

Trump, yang juga menghadapi berbagai kasus hukum di AS, menyatakan pekan lalu bahwa proses pengadilan tersebut mengganggu kemampuan Netanyahu untuk fokus pada perundingan penting dengan Hamas dan Iran.

Trump juga memuji serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran sebagai “sukses besar”, dan mengklaim program nuklir Iran telah “dihentikan secara permanen”. Meski begitu, ia mengakui bahwa Teheran bisa saja memulai kembali program tersebut di lokasi lain. Iran, di sisi lain, tetap menyangkal bahwa mereka mengembangkan senjata nuklir.

Selanjutnya: WOM Finance Catat Piutang Pembiayaan Mencapai Rp 6,3 Triliun per Mei 2025

Menarik Dibaca: QRIS Tumbuh 169%, Sistem Pembayaran Digital Harus Diperkuat Keamanannya




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×