Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Seorang ilmuwan AS terkemuka mengatakan kepada Express.co.uk, Rusia dan China memiliki senjata yang lebih murah dan lebih sulit dilacak daripada nuklir.
Presiden AS Joe Biden saat ini menjadi tuan rumah pertemuan puncak perubahan iklim selama dua hari yang dihadiri oleh China, Jepang, Rusia, Kanada, India, Australia, Inggris dan Uni Eropa.
Biden, dan sekutu baratnya, akan memiliki kesempatan untuk bertatap muka dengan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin karena para ahli terus memperingatkan bahwa Beijing dapat menyerang Taiwan dan Moskow dapat menyerang Ukraina.
Pada hari Senin, Komando Strategis AS mengatakan Amerika harus bersiap untuk perang nuklir karena konflik saat ini dapat meningkat sangat cepat. AS menghadapi dua musuh strategis yang berkemampuan nuklir pada saat yang sama.
Baca Juga: Rusia tarik pasukan dari perbatasan Ukraina, tapi siap respons dengan cepat
Express.co.uk memberitakan, Profesor Bruce Cameron Reed telah menerbitkan lima buku dan lebih dari 50 makalah jurnal tentang Proyek Manhattan - sebuah proyek penelitian dan pengembangan rahasia antara AS, Inggris dan Kanada, yang menghasilkan senjata atom pertama.
Dia menceritakan bagaimana hal itu benar-benar mengubah hubungan antara sains dan kebijakan politik yang kita lihat hingga hari ini.
Baca Juga: Rusia gelar latihan militer besar-besaran, 60 kapal perang dan 200 pesawat tempur
“Tiba-tiba, setelah perang, kekuatan suatu negara akan didasarkan pada kekuatan laboratorium, universitas, dan ilmuwannya - yang secara tradisional adalah kekuatan militer. Ini benar-benar mengubah jalannya sejarah dan mendorong para ilmuwan ke ranah publik tidak seperti sebelumnya," jelas Prof Reed.
Prof Reed kini telah menerbitkan buku barunya 'Proyek Manhattan: Kisah Abad Ini' untuk menjawab pertanyaan penting tentang proyek tersebut.
Buku tersebut tidak hanya menggambarkan sejarah dan implikasi ilmiah tetapi juga memberikan biografi singkat dari tokoh-tokoh kunci seperti kepala Laboratorium Los Alamos Robert Oppenheimer.
Melalui berbagai ilustrasi dan diagram, buku tersebut mengisahkan sejarah senjata nuklir dari penemuan sinar-X hingga jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Dan dia menjelaskan kepada Express.co.uk bagaimana hal-hal berkembang setelah perang.
“Perkembangan besar sejak Proyek Manhattan terjadi pada tahun 50-an, dengan senjata fusi-bom hidrogen. Itu sudah diantisipasi selama perang, orang-orang telah memikirkannya, tapi Anda membutuhkan generasi pertama untuk bertindak sebagai pemicu," jelasnya.
“Ini adalah senjata yang sangat kuat, tetapi ironi historisnya adalah senjata ini sangat kuat sehingga tidak memiliki misi militer yang kredibel," tambahnya.
Baca Juga: Ancaman militer China meningkat, Taiwan pastikan beli lebih banyak rudal Amerika
Tapi Prof Reed tidak berpikir perang nuklir adalah tujuan dunia ini. “Sekarang kita memiliki setidaknya lima negara dengan senjata fusi, tetapi saya ragu India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara perlu menempuh jalur itu sekarang," urainya.
Prof Reed juga bilang, “Jika saya adalah seorang ahli strategi yang mencoba mengantisipasi konflik di masa depan, saya akan bertanya apakah bahaya saat ini lebih banyak di bidang peperangan elektronik."
Dia menyontohkan lewat kasus yang telah terjadi di Iran dan dengan ancaman keamanan dunia maya Rusia, seseorang dapat melakukan banyak kerusakan di masyarakat dengan mematikan elektron.
Baca Juga: Xi Jinping: Dunia harus bekerja sama untuk memerangi pandemi
“Ini adalah seorang fisikawan yang berspekulasi tentang strategi militer, tetapi pasti jauh lebih murah dan lebih sulit untuk dilacak. Sepertinya ini adalah kesempatan yang sangat menarik bagi negara yang ingin membuat kekacauan,” urai Prof Reed.