Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Buku tersebut tidak hanya menggambarkan sejarah dan implikasi ilmiah tetapi juga memberikan biografi singkat dari tokoh-tokoh kunci seperti kepala Laboratorium Los Alamos Robert Oppenheimer.
Melalui berbagai ilustrasi dan diagram, buku tersebut mengisahkan sejarah senjata nuklir dari penemuan sinar-X hingga jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Dan dia menjelaskan kepada Express.co.uk bagaimana hal-hal berkembang setelah perang.
“Perkembangan besar sejak Proyek Manhattan terjadi pada tahun 50-an, dengan senjata fusi-bom hidrogen. Itu sudah diantisipasi selama perang, orang-orang telah memikirkannya, tapi Anda membutuhkan generasi pertama untuk bertindak sebagai pemicu," jelasnya.
“Ini adalah senjata yang sangat kuat, tetapi ironi historisnya adalah senjata ini sangat kuat sehingga tidak memiliki misi militer yang kredibel," tambahnya.
Baca Juga: Ancaman militer China meningkat, Taiwan pastikan beli lebih banyak rudal Amerika
Tapi Prof Reed tidak berpikir perang nuklir adalah tujuan dunia ini. “Sekarang kita memiliki setidaknya lima negara dengan senjata fusi, tetapi saya ragu India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara perlu menempuh jalur itu sekarang," urainya.
Prof Reed juga bilang, “Jika saya adalah seorang ahli strategi yang mencoba mengantisipasi konflik di masa depan, saya akan bertanya apakah bahaya saat ini lebih banyak di bidang peperangan elektronik."
Dia menyontohkan lewat kasus yang telah terjadi di Iran dan dengan ancaman keamanan dunia maya Rusia, seseorang dapat melakukan banyak kerusakan di masyarakat dengan mematikan elektron.
Baca Juga: Xi Jinping: Dunia harus bekerja sama untuk memerangi pandemi
“Ini adalah seorang fisikawan yang berspekulasi tentang strategi militer, tetapi pasti jauh lebih murah dan lebih sulit untuk dilacak. Sepertinya ini adalah kesempatan yang sangat menarik bagi negara yang ingin membuat kekacauan,” urai Prof Reed.