kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Rusia Dituding Punya Anggaran Buat Propaganda untuk Benarkan Perangnya di Ukraina


Jumat, 10 Februari 2023 / 14:27 WIB
Rusia Dituding Punya Anggaran Buat Propaganda untuk Benarkan Perangnya di Ukraina
ILUSTRASI. PT-91 Twardy Polandia, tank Leopard 2 Jerman dan tank Ariete Italia dari kelompok tempur Enhanced Forward Presence NATO menghadiri latihan tembakan langsung, selama latihan militer Iron Spear 2022 di Adazi.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah peneliti dan koalisi masyarakat sipil menilai propaganda Rusia yang didukung anggaran dan sumber daya melimpah dan sistem terstruktur membuatnya membuat propaganda membenarkan perangnya di Ukraina. 

Liubov Tsybulska, ahli dalam disinformasi dan perang hibrida dari Ukraina menjelaskan bahwa Rusia memiliki anggaran dan sumber daya yang sangat besar untuk membuat propaganda yang menyasar masyarakat global, termasuk Indonesia. untuk mencegah negara lain memberikan dukungan kepada Ukraina.

“Sementara bagi masyarakat Ukraina, tujuan propaganda utama mereka adalah melemahkan keinginan warga Ukraina untuk berperang. Namun upaya tersebut gagal karena bangsa Ukraina berjuang untuk melawan musuh yang ingin menghancurkan negara kami,” tuturnya seperti dikutip dari siaran pers Kedutaaan Besar Ukraina, Jumat (10/2).

Baca Juga: Jelang 1 Tahun Invasi Rusia, Dubes Ukraina Minta Indonesia Berpihak pada Kemanusian

Dia menilai masyarakat global termasuk Indonesia, akibat keterbatasan akses publik terhadap informasi yang akurat tentang situasi di Ukraina terbatas tidak dapat mengetahui upaya Rusia secara sistematis melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang sengaja menargetkan warga sipil Ukraina melalui perkosaan, penyiksaan dan pembunuhan dan menyerang infrastruktur utama untuk menolak layanan dasar.

Menurut Radityo Dharmaputra, dosen di Departemen Hubungan Internasional (HI) Universitas Airlangga (Unair), Surabaya untuk mencegah hal tersebut jurnalis Indonesia harus membangun hubungan dengan organisasi media yang berbasis di Eropa Timur.

Olexiy Haran, Profesor Politik Komparatif dari National University of Kyiv-Mohyla Academy (UKMA) menilai propaganda Rusia telah membuat pemahaman masyarakat di wilayah Asia meyakini bahwa Ukraina seharusnya duduk bersama Rusia.

“Kami sudah berkali melakukan upaya negosiasi. Dimulai sejak tahun 2014 dan 2015, bahkan Presiden Ukraina mencoba lagi tahun 2020. Namun Presiden Putin menuntut hal yang tidak wajar. Ini semakin diperparah propaganda Rusia perihal Ukraina adalah perang terselubung yang dilakukan Amerika dan NATO,” jelasnya.

Baca Juga: Militer AS, Inggris, dan Australia Menggelar Simulasi Perang dengan China di Udara

Pada kenyataannya, lanjutnya Ukraina mendapatkan dukungan dari banyak negara yang bukan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) seperti Maroko yang mengirim tank dari jaman Uni Soviet, sanksi ekonomi yang diterapkan Swiss bahkan Singapura maupun sumbangan kemanusiaan dari negara mayoritas muslim Pakistan.

Sementara, hingga kini permintaan Ukraina kepada NATO untuk menerapkan kebijakan menutup ruang udara Ukraina demi mencegah serangan udara dan keselamatan masyarakat sipil. Namun hal tersebut ditolak NATO yang enggan terlibat dalam konfrontasi secara langsung dengan Rusia.  

Menanggapi hal tersebut Usman Hamid, Executive Director of Amnesty International Indonesia menegaskan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Rusia seharusnya membuat masyarakat menekan Pemerintah agar lebih aktif mewujudkan perdamaian.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×