Sumber: Al Jazeera,Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - ANKARA. Turki melarang kapal perang melewati Selat Bosphorus dan Dardanelles dalam upaya untuk mengurangi eskalasi krisis atas invasi Rusia ke Ukraina.
Langkah itu Turki lakukan pada Senin (28/2) setelah Ukraina meminta Ankara untuk mengaktifkan pakta internasional berusia 90 tahun dan mencegah transit kapal perang Rusia dari Mediterania ke Laut Hitam.
Selat Bosphorus dan Dardanelles menghubungkan Laut Aegea, Marmara, dan Laut Hitam. Laut Hitam menjadi pijakan Rusia melancarkan serangan di pantai Selatan Ukraina.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pada Senin (28/2), Ankara mengaktifkan Konvensi Montreux dan memperingatkan negara-negara Laut Hitam dan non-Laut Hitam untuk tidak mengirim kapal perang melalui perairan Turki.
Baca Juga: Ukraina Tuding Rusia Gunakan Bom Vakum, Begini Kekuatan Ledakannya
Pakta 1936 memberi Turki hak untuk melarang kapal perang menggunakan Selat Dardanelles dan Bosporus selama masa perang.
“Kami telah memperingatkan kedua negara di kawasan itu dan di tempat lain untuk tidak mengirim kapal perang melalui Laut Hitam,” kata Cavusoglu, seperti dikutip Al Jazeera. “Kami menerapkan Konvensi Montreux”.
Tidak jelas seberapa besar dampak keputusan Turki menutup kedua selat itu terhadap konflik Rusia-Ukraina. Setidaknya, enam kapal perang dan sebuah kapal selam Rusia melewati selat tersebut bulan ini.
Konvoi besar militer Rusia di luar Kyiv
Pengumuman Cavusoglu datang tak lama setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, pemerintahnya akan menggunakan "otoritas yang diberikan oleh Konvensi Montreux mengenai lalu lintas maritim di selat dengan cara yang akan mencegah krisis meningkat".
Baca Juga: Konvoi Besar Militer Rusia Berkumpul di Pinggiran Ibu Kota Ukraina, Siap Gempur Kyiv?
“Kami tidak akan mengkompromikan kepentingan nasional kami,” tegasnya seperti dilansir Al Jazeera. “Tetapi, kami tidak akan mengabaikan keseimbangan regional dan global. Kami mengatakan, kami tidak akan menyerah baik Ukraina maupun Rusia”.
Sementara itu, sebuah konvoi besar militer Rusia berkumpul di pinggiran ibu kota Ukraina Selasa (1/3), kekhawatiran tumbuh negeri beruang merah akan meluncurkan serangan menghancurkan yang bertujuan untuk menguasai Kyiv dan kota-kota besar lainnya.
Gambar satelit menunjukkan penumpukan kendaraan lapis baja dan artileri yang panjang mulai 29 km Utara kota, saat Moskow menentang tekanan global yang meningkat dan gelombang sanksi internasional yang telah menghancurkan ekonomi Rusia.
Tentara Rusia telah berkumpul kembali dan mengumpulkan pasukannya selama 24 jam terakhir, "terutama untuk mengepung dan menguasai Kyiv dan kota-kota besar lainnya," tulis Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina di Facebook, seperti dikutip Channel News Asia.
Baca Juga: Disney dan Warner Bros Kompak Hentikan Perilisan Film di Rusia
Konvoi itu panjangnya lebih dari 65 km dan menutupi seluruh jalan dari dekat Bandara Antonov di luar Kyiv ke Kota Prybirsk, menurut perusahaan pencitraan satelit asal Amerika Serikat, Maxar.
"Beberapa kendaraan berjarak cukup jauh, sementara di bagian lain, peralatan dan unit militer melaju dua atau tiga kendaraan di jalan," sebut Maxar, seperti dilansir Channel News Asia.
Gambar-gambar satelit dari Maxar juga menunjukkan "penempatan pasukan darat tambahan dan unit helikopter serang" di Belarusia bagian Selatan, dekat perbatasan Ukraina.
Pembicaraan gencatan senjata awal antara Moskow dan Kyiv pada Senin (28/2) gagal untuk mengamankan terobosan, dengan Rusia menembaki daerah pemukiman di kota terbesar kedua Ukraina Kharkiv dan daerah lain di negara itu setelah negosiasi.