Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Salah satu sekutu terdekat Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Selasa (11/1/2023) bahwa Moskow sekarang memerangi aliansi militer NATO yang dipimpin AS di Ukraina. Dia juga bilang, Barat sedang berusaha menghapus Rusia dari peta politik dunia.
Mengutip Reuters, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev bilang, Putin menyebut perang di Ukraina sebagai pertempuran eksistensial dengan Barat yang agresif dan arogan. Dia juga mengatakan bahwa Rusia akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi diri sendiri dan rakyatnya dari agresor mana pun.
Patrushev dipandang oleh para diplomat sebagai salah satu pendukung garis keras utama pada Putin, yang telah menjanjikan kemenangan di Ukraina meskipun ada serangkaian kemunduran di medan perang.
"Peristiwa di Ukraina bukanlah bentrokan antara Moskow dan Kyiv - ini adalah konfrontasi militer antara Rusia dan NATO, dan terutama Amerika Serikat dan Inggris," kata Patrushev kepada surat kabar Argumenti i Fakti dalam sebuah wawancara.
Dia menambahkan, "Rencana Barat adalah untuk terus memisahkan Rusia, dan akhirnya menghapusnya dari peta politik dunia."
Amerika Serikat membantah klaim Rusia bahwa mereka ingin menghancurkan Rusia, produsen sumber daya alam terbesar di dunia. Sementara, Presiden Joe Biden memperingatkan bahwa konflik antara Rusia dan NATO dapat memicu Perang Dunia Ketiga.
Baca Juga: NATO dan Uni Eropa Janjikan Lebih Banyak Bantuan Senjata untuk Ukraina
Ditanya tentang pernyataan Patrushev, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan NATO dan Amerika Serikat adalah bagian dari konflik Ukraina.
"De facto mereka telah menjadi pihak tidak langsung dalam konflik ini, menyokong Ukraina dengan senjata, teknologi, informasi intelijen, dan sebagainya," kata Peskov dalam jumpa pers rutin.
Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari telah memicu salah satu konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua dan konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak Krisis Rudal Kuba 1962. Pada waktu itu, Uni Soviet dan Amerika Serikat nyaris melakukan perang nuklir yang disengaja.
Amerika Serikat dan sekutunya mengutuk invasi Rusia ke Ukraina sebagai perampasan tanah kekaisaran, sementara Ukraina telah bersumpah untuk berperang sampai tentara Rusia terakhir dikeluarkan dari wilayahnya.
Baca Juga: Rusia Umumkan Jumlah Peralatan Tempur Ukraina yang Hancur Selama Perang
Rusia sendirian
Sebagai mantan mata-mata Soviet yang mengenal Putin sejak 1970-an, pandangan Patrushev memberikan wawasan tentang pemikiran di tingkat tertinggi Kremlin. Dia menolak peringatan Direktur CIA William Burns pada tahun 2021 terhadap invasi ke Ukraina.
Dalam analisis gaya Soviet terhadap Barat, Patrushev menyebut elit politik Barat korup dan dikendalikan oleh perusahaan transnasional dan klan bisnis yang merencanakan dan melaksanakan "revolusi warna" di seluruh dunia.
"Negara Amerika hanyalah cangkang bagi konglomerat perusahaan besar yang menguasai negara dan mencoba mendominasi dunia," kata Patrushev.
Amerika Serikat, kata Patrushev, telah menyebarkan kekacauan di Afghanistan, Vietnam, dan Timur Tengah, dan telah berusaha selama bertahun-tahun untuk melemahkan budaya dan bahasa "unik" Rusia.
Baca Juga: Ukraina Klaim Temukan Bukti Pelecehan Seksual yang dilakukan Serdadu Rusia
Rusia, katanya, adalah korban rancangan Barat untuk mendorongnya kembali ke perbatasan Muscovy abad ke-15, dan menuduh Barat berdarah Ukraina untuk merusak Rusia.
"Tidak ada tempat bagi negara kita di Barat," katanya.