kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.590.000   29.000   1,13%
  • USD/IDR 16.782   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%

Rusia Mulai Evakuasi Diplomat dari Venezuela, Sinyal Bahaya Perang dengan AS?


Rabu, 24 Desember 2025 / 08:25 WIB
Rusia Mulai Evakuasi Diplomat dari Venezuela, Sinyal Bahaya Perang dengan AS?
ILUSTRASI. Rusia mulai mengevakuasi keluarga para diplomatnya dari Venezuela, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan kemungkinan aksi militer Amerika Serikat di negara tersebut. SETNEG/BPMI Setpres


Sumber: Telegraph | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Rusia mulai mengevakuasi keluarga para diplomatnya dari Venezuela, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan kemungkinan aksi militer Amerika Serikat di negara tersebut.

Mengutip The Telegraph, menurut seorang pejabat intelijen Eropa, para pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia menilai situasi di Venezuela dengan nada yang “sangat suram”. Evakuasi keluarga diplomat disebut sudah dimulai sejak Jumat lalu, seiring Washington yang kian meningkatkan operasi militer dan ancaman terhadap pemerintahan Presiden Nicolás Maduro.

Pejabat tersebut mengatakan kepada Associated Press bahwa langkah evakuasi dilakukan saat tekanan Amerika Serikat terhadap rezim Maduro semakin menguat.

Menanggapi laporan itu, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan tidak mengevakuasi Kedutaan Besarnya di Caracas. Namun, Moskow tidak secara langsung menjawab pertanyaan apakah keluarga diplomat memang diterbangkan keluar dari Venezuela.

Ketegangan kawasan memang terus meningkat. Amerika Serikat belakangan menggempur kapal-kapal yang dituding terlibat penyelundupan narkoba dari Venezuela, sekaligus memperketat blokade laut terhadap ekspor minyak negara tersebut.

Presiden AS Donald Trump menuduh Maduro memimpin kartel narkoba internasional dan menyebut akan “lebih bijak” jika pemimpin Venezuela itu mundur. Saat ini, AS bahkan memasang hadiah sebesar US$ 50 juta atau sekitar Rp 800 miliar bagi siapa pun yang memberikan informasi terkait Maduro.

Baca Juga: Harga Emas, Perak, dan Platinum Terus Cetak Rekor Tertinggi pada Rabu (24/12) Pagi

Dalam pernyataan terbarunya pada Senin, Trump menegaskan siap meningkatkan tekanan militer dan diplomatik terhadap Venezuela, yang telah berlangsung selama empat bulan terakhir.

“Kalau dia mau bertindak keras, itu akan menjadi terakhir kalinya dia bisa bersikap keras,” kata Trump di Florida, bersamaan dengan pengumuman rencana pembangunan kapal perang baru Angkatan Laut AS.

Di hari yang sama, Rusia, sekutu utama Venezuela, menyatakan “dukungan penuh dan solidaritas” kepada pemerintahan Maduro, serta mengungkapkan “keprihatinan mendalam” atas situasi di kawasan Karibia.

Pekan lalu, Rusia juga memperingatkan Amerika Serikat agar tidak melakukan “kesalahan fatal” berupa intervensi militer di Venezuela, dengan menegaskan bahwa eskalasi konflik dapat memicu dampak tak terduga bagi seluruh belahan Barat.

Rusia dan China kemudian secara terbuka mengkritik tindakan AS dalam rapat darurat Dewan Keamanan PBB yang diminta Venezuela. Kedua negara menyebut langkah Washington sebagai “gaya koboi” dan bentuk intimidasi.

Baca Juga: Hakim Texas Blokir UU Verifikasi Usia Aplikasi, Kemenangan Apple-Google

Menanggapi kritik tersebut, Duta Besar AS untuk PBB Mike Waltz mengatakan Amerika Serikat akan melakukan apa pun untuk melindungi kawasan, perbatasan, dan rakyatnya.

Amerika Serikat kini meningkatkan upaya pencegatan kapal tanker minyak di Karibia, yang diklaim sebagai bagian dari “armada gelap” Venezuela untuk menghindari sanksi AS.

Washington juga telah mengerahkan kekuatan militer terbesar di kawasan itu dalam beberapa dekade terakhir, dipimpin oleh USS Gerald R. Ford, kapal induk terbesar di dunia. Pekan lalu, AS menyita dua kapal tanker minyak di dekat Venezuela dan memburu satu kapal lainnya.

Sejak September, militer AS tercatat telah melakukan 29 serangan terhadap kapal-kapal di Karibia dan Pasifik, yang menewaskan lebih dari 100 orang. Para pengkritik menilai serangan tersebut ilegal dan termasuk pembunuhan di luar proses hukum.

Menanggapi ancaman terbaru Trump, Maduro balik menyindir. Ia mengatakan Presiden AS seharusnya lebih fokus mengurus persoalan ekonomi dan sosial di negaranya sendiri, ketimbang mengancam Venezuela.

Tonton: DKI Distribusikan 1,4 Ton Cabai Berkualitas Asal Aceh, Dijual di Bawah Harga Pasaran

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio meremehkan dukungan Rusia terhadap Caracas. Ia menyatakan pemerintahan Trump tidak khawatir akan eskalasi dengan Rusia terkait Venezuela, karena Moskow disebut sedang “sibuk dengan perang di Ukraina”.

Kesimpulan

Evakuasi keluarga diplomat Rusia dari Venezuela menjadi sinyal serius bahwa Moskow melihat risiko konflik terbuka semakin nyata. Di tengah pengerahan kekuatan militer besar-besaran oleh Amerika Serikat, dukungan Rusia dan China kepada Venezuela memperlihatkan bahwa krisis ini berpotensi meluas menjadi ketegangan geopolitik global, dengan dampak besar terhadap stabilitas kawasan Karibia dan pasar energi dunia.

Selanjutnya: Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Menarik Dibaca: IHSG Diperkirakan Tak Sampai 9.000, Simak Rekomendasi Saham dari Kiwoom SI (24/12)




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×