Sumber: Telegraph | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Menanggapi kritik tersebut, Duta Besar AS untuk PBB Mike Waltz mengatakan Amerika Serikat akan melakukan apa pun untuk melindungi kawasan, perbatasan, dan rakyatnya.
Amerika Serikat kini meningkatkan upaya pencegatan kapal tanker minyak di Karibia, yang diklaim sebagai bagian dari “armada gelap” Venezuela untuk menghindari sanksi AS.
Washington juga telah mengerahkan kekuatan militer terbesar di kawasan itu dalam beberapa dekade terakhir, dipimpin oleh USS Gerald R. Ford, kapal induk terbesar di dunia. Pekan lalu, AS menyita dua kapal tanker minyak di dekat Venezuela dan memburu satu kapal lainnya.
Sejak September, militer AS tercatat telah melakukan 29 serangan terhadap kapal-kapal di Karibia dan Pasifik, yang menewaskan lebih dari 100 orang. Para pengkritik menilai serangan tersebut ilegal dan termasuk pembunuhan di luar proses hukum.
Menanggapi ancaman terbaru Trump, Maduro balik menyindir. Ia mengatakan Presiden AS seharusnya lebih fokus mengurus persoalan ekonomi dan sosial di negaranya sendiri, ketimbang mengancam Venezuela.
Tonton: DKI Distribusikan 1,4 Ton Cabai Berkualitas Asal Aceh, Dijual di Bawah Harga Pasaran
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio meremehkan dukungan Rusia terhadap Caracas. Ia menyatakan pemerintahan Trump tidak khawatir akan eskalasi dengan Rusia terkait Venezuela, karena Moskow disebut sedang “sibuk dengan perang di Ukraina”.
Kesimpulan
Evakuasi keluarga diplomat Rusia dari Venezuela menjadi sinyal serius bahwa Moskow melihat risiko konflik terbuka semakin nyata. Di tengah pengerahan kekuatan militer besar-besaran oleh Amerika Serikat, dukungan Rusia dan China kepada Venezuela memperlihatkan bahwa krisis ini berpotensi meluas menjadi ketegangan geopolitik global, dengan dampak besar terhadap stabilitas kawasan Karibia dan pasar energi dunia.













