Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pada Kamis (6/3/2025), Rusia memperingatkan Presiden Prancis Emmanuel Macron agar tidak mengancamnya dengan retorika nuklir.
Mengutip Reuters, Rusia juga mengejek Macron dengan memanggilnya 'Micron', mengesampingkan proposal Eropa untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian dari anggota NATO ke Ukraina.
Sebelumnya diberitakan, Macron dalam pidatonya menegaskan bahwa Rusia merupakan ancaman bagi Eropa. Oleh karenanya, Paris dapat membahas perluasan payung nuklirnya ke sekutu dan bahwa ia akan mengadakan pertemuan dengan para panglima militer dari negara-negara Eropa yang bersedia mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina setelah kesepakatan damai.
Kremlin mengatakan pidato itu sangat konfrontatif dan bahwa Macron ingin perang di Ukraina terus berlanjut.
"(Pidato) ini, tentu saja, merupakan ancaman terhadap Rusia," kata Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov. "Tidak seperti para pendahulu mereka, yang juga ingin melawan Rusia, Napoleon, Hitler, Macron tidak bertindak dengan sangat anggun, karena setidaknya mereka mengatakannya dengan terus terang: 'Kita harus menaklukkan Rusia, kita harus mengalahkan Rusia'."
Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan konfrontasi terbesar antara Barat dan Rusia sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962. Kremlin serta Gedung Putih mengatakan bahwa kesalahan langkah dapat memicu Perang Dunia Ketiga.
Baca Juga: Trump Akan Mencabut Status Hukum 240.000 Warga Ukraina di AS
Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, Rusia dan Amerika Serikat adalah kekuatan nuklir terbesar di dunia, dengan masing-masing pihak memiliki lebih dari 5.000 hulu ledak nuklir. China memiliki sekitar 500, Prancis memiliki 290, dan Inggris 225.
Kemajuan Rusia di Ukraina dan perubahan kebijakan AS oleh Presiden AS Donald Trump terhadap perang tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di antara para pemimpin Eropa bahwa Washington mengabaikan Eropa.
Pejabat Rusia mengatakan retorika keras dari Macron, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan kekuatan Eropa lainnya tidak didukung oleh kekuatan militer yang kuat dan menunjuk pada kemajuan Rusia di medan perang di Ukraina.
Lavrov dan Kremlin menolak usulan Macron untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina dan mengatakan Rusia tidak akan menyetujuinya.
"Kita berbicara tentang pengerahan konfrontatif dari kontingen yang fana," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Baca Juga: Rudal Rusia Hantam Hotel di Kryvyi Rih, Empat Orang Tewas