Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Jepang menunjukkan tanda-tanda membaik. Berdasarkan polling yang dirilis Reuters, Jumat (25/10), pada September 2019 sektor industri dan penjualan ritel Jepang mengalami kenaikan.
Meski demikian, kondisi tersebut diprediksi tak akan bertahan lama mengingat masih lemahnya permintaan global terhadap Jepang serta mulai berlakunya kenaikan pajak penjualan awal bulan ini.
Baca Juga: Menguat sepekan, pergerakan rupiah didominasi sentimen domestik
Dari 16 ekonom yang disurvei Reuterse memprediksi produksi industri bisa meningkat 0,4% pada September 2019 dibandingkan pertumbuhan pada Agustus 2019 yang merosot hingga 1,2%.
“Pengaruh ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China, serta melambatnya pertumbuhan ekonomi China masih jadi sentimen pelemahan manufaktur Jepang,” kata Senior Economist SMBC Nikko Securities Koya Miyamae.
Ia menjelaskan, tingkat konsumsi masyarakat setelah September diprediksi akan menurun pasca kenaikan pajak penjualan serta masih lemahnya permintaan global.
Pemerintah Jepang sendiri memang baru saja menaikan pajak penjualan dari 8% menjadi 10% pada awal Oktober 2019. Ini jadi strategi untuk mendorong penerimaan negara, meskipun di sisi lain juga bisa jadi penyebab resesi ekonomi dengan meredam sentimen konsumen.
Survei Reuters menunjukan, terjadi peningkatan penjualan ritel pada September 2019 sebesar 6,9% (yoy). Peningkatan penjualan ritel tersebut berasal dari pembelian alat elektronik dan pakaian yang diduga dilakukan untuk menghindari kenaikan pajak penjualan tadi.
Baca Juga: Jumat sore, harga emas naik 0,27% ke level US$ 1.508,8 per ons troi
Alasannya, nilai peningkatan tersebut merupakan yang tertinggi sejak Maret 2014 dengan pertumbuhan mencapai 11% (yoy) yang juga terjadi sebulan sebelum kenaikan pajak serupa kala itu.
“Kami memprediksi belanja konsumen akan melambat sementara setelah kenaikan pajak, namun akan pulih pada awal tahun depan,” kata Ekonom Mitsubishi UFJ Research and Consulting Kenta Maruyama.
Kementerian Perdagangan Jepang baru akan merilis data penjualan ritel secara resmi pada 30 Oktober mendatang, serta produksi industri pada 31 Oktober.
Indeks harga konsumen Tokyo yang meliputi harga minyak, namun tak mencakup harga makanan segar tercatat meningkat 0,7% pada Oktober (yoy) akibat kenaikan pajak penjualan. Sementara dalam survei, indeks harga konsumen perkotaan meningkat 0,5% pada September.
Baca Juga: Suahasil Nazara, putra Nias yang menjadi Wakil Menteri Keuangan
Meski demikian, sejumlah analis memperkirakan harga energi, terutama untuk listrik dan gas akan dipertahankan rendah.
Sedangkan tingkat pengangguran diperkirakan bakal meningkat tipis menjadi 2,3% pada September, dibandingkan 2,2% pada Agustus. Sementara rasio pelamar kerja tercatat stabil di angka 1,59%.
Pemerintah Jepang baru akan mengumumkan indeks harga konsumen pada 29 Oktober, sedangkan rasio tenaga kerja baru akan diumumkan pada 1 November mendatang.
Baca Juga: Dorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja, Do-It 100% serap pekerja Indonesia
Para ekonom dalam survei Reuters juga memprediksi Bank of Japan bakal mempertahankan tingkat suku bunga -0,1%, serta mempertahankan imbal hasil surat berharga di kisaran 0%.