kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sempat tersenggol krisis finansial global 2008 (3)


Jumat, 13 Juli 2018 / 16:16 WIB
Sempat tersenggol krisis finansial global 2008 (3)
ILUSTRASI. FENOMENA - Kishore Biyani


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tri Adi

Pada era awal tahun 2000-an merupakan masa kejayaan bisnis Kishore Biyani di bisnis garmen dan ritel produk fesyen. Setelah memiliki Pantaloons, dia menciptakan Big Bazaar yakni supermarket berkonsep bazaar yang tidak terlalu rapi. Supermarket ini berkembang hingga 100 toko dengan lebih dari 2 juta pengunjung dalam sepekan. Namun memasuki tahun 2008 kendala mulai muncul ketika ekonomi negara mengalami krisis finansial. Perusahaanya terlilit utang.

Kishore Biyani sukses membangun bisnis Pantaloons ke berbagai penjuru India. Didukung oleh pertumbuhan perekonomian India, ia berani gencar berekspansi. Ia lantas mulai mengerjakan proyek besar berikutnya, yakni Big Bazaar. Ini adalah supermarket dengan konsep bazar dengan suasana dibentuk sengaja penuh sesak, berisik dan sedikit berantakan.

Kishore menyatakan, bagian dari kesuksesannya adalah berkat kejelian memanfaatkan kondisi yang ada. Dia berada dalam bisnis yang tepat, pada saat yang tepat, di negara yang tepat. Sebab ia menggunakan momentum perekonomian India yang membaik dan ketika masyarakat mulai kembali memiliki uang untuk dibelanjakan.

Kishore membuka Big Bazaar pertama di Kolkata pada tahun 2001. Hanya berselang 22 hari, ia membuka dua toko lagi hingga Big Baazar berkembang lebih dari 100 toko di seluruh penjuru India.

Ia melayani lebih dari dua juta pelanggan setiap pekan, sementara Pantaloons Retail kala itu mempekerjakan lebih dari 30.000 orang. Total luas ritel Pantaloons lebih dari 1,1 juta meter persegi (m²) yang terdiri dari di 1.000 toko di 71 kota di India. Omzet yang berhasil dia kumpulkan pada tahun 2008 telah mencapai INR 47 miliar.

Bahtera bisnis Biyani tak selamanya berlayar mulus. Riak kecil mulai mengusik bisnis Biyani ketika ia terjun ke bisnis kreatif. Biyani sempat menggarap film Bollywood Na Tum Jaano Na Hum pada tahun 2002 silam dan Chura Liya Hai Tumne pada tahun 2003. Kedua film inilah yang menjadi mula kemunduran bisnis Biyani.

Hal ini diperparah dengan kondisi perekonomian India yang kala itu sedang melambat akibat krisis finansial global. Ekspansi yang sembrono mengakibatkan Future Group dililit utang.

Tidak seperti mata rantai ritel India lain yang menggunakan sejumlah kecil pinjaman jangka pendek dan membiayai pertumbuhan melalui kas. Dia malah bergantung pada pinjaman jangka pendek untuk ekspansi. Sehingga kala itu Pantaloons Retail memiliki rasio utang terhadap ekuitas sebesar 3: 1.

Dia juga melakukan diversifikasi ke banyak area ritel, termasuk penjualan buku dan salon. Krisis yang terjadi kemudian membuat lubang besar di portofolio Future Group. Penjualan jatuh, bankir menagih hutang, dan sumber modal asing pun keluar. Kishore sampai harus melakukan penundaan ekspansi 30 gerai Pantaloons yang baru. Bahkan, dia terpaksa harus memangkas ukuran berbagai toko ritel yang sudah beroperasi untuk efisiensi.

Kishore putar otak terhadap krisis yang dihadapi dengan berbagai langkah. Ia mengurangi jumlah staf manajemen secara signifikan dan restrukturisasi kepentingan perusahaan. Dia menunjuk sepupunya, Rakesh Biyani yang berpengalaman untuk mengambilalih tanggungjawabnya untuk bisnis ritel. Rakesh juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah dengan rantai pasokan yang buruk dan logistik distribusi internal yang dihasilkan dari ekspansi yang cepat.

Dia juga mengulur pembayaran utang sebisa mungkin dengan mengubahnya menjadi pinjaman yang jatuh tempo dalam waktu tiga hingga lima tahun lebih lama. Selain itu, ia mengurangi diversifikasi dan hanya fokus pada empat format ritel mode, makanan, rumah, dan barang dagangan umum. Sebelumnya Ia menggarap lebih dari 22 sektor ritel.

Bahkan untuk menyelamatkan perusahaannya, Kishore harus menjual sebesar 50,1% saham Pantaloons kepada Aditya Birla Nuovo Ltd pada tahun Mei 2012. Berkat upaya ini, kinerja keuangannya bisa semakin efisien. Perlahan, Biyani bisa lepas dari lilitan utang.

(Bersambung)




TERBARU

[X]
×