Sumber: Apple Insider | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rantai pasok global Apple kembali menjadi sorotan setelah salah satu perakit (assembler) asal China yang bekerja untuk raksasa teknologi tersebut dilaporkan menjadi sasaran serangan siber canggih pada pertengahan Desember.
Insiden ini berpotensi menyebabkan kebocoran informasi sensitif terkait lini produksi produk Apple.
Menurut laporan DigiTimes, perusahaan perakit yang diserang tidak disebutkan identitasnya. Namun, Apple diketahui memiliki sejumlah mitra perakitan besar di China, seperti Foxconn, Wistron, dan Pegatron, sehingga spekulasi mengenai pihak yang terdampak pun berkembang.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa dampak pasti dari serangan siber ini belum diungkap secara rinci. Meski demikian, terdapat indikasi bahwa informasi lini produksi berpotensi telah dikompromikan.
Baca Juga: Ancaman Terjebak di Luar AS: Google, Apple, dan Microsoft Keluarkan Alarm Visa
Informasi tersebut dapat mencakup detail produk Apple seperti iPhone hingga metode dan proses manufaktur yang bersifat rahasia.
Detail lengkap mengenai skala dan dampak serangan kemungkinan baru akan diketahui jika perusahaan terkait atau otoritas setempat melakukan pengungkapan publik.
Kekhawatiran Gangguan Rantai Pasok Apple
Meski serangan tidak secara langsung menargetkan Apple, DigiTimes melaporkan bahwa insiden ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan klien assembler terkait risiko keamanan siber dan stabilitas pasokan.
Rantai pasok Apple dikenal sangat kompleks dan terintegrasi, sehingga gangguan di satu titik berpotensi berdampak luas pada produksi global.
Apple sendiri mengandalkan jaringan pemasok dan perakit di berbagai negara untuk memastikan kelancaran produksi perangkatnya. Oleh karena itu, serangan terhadap mitra manufaktur dapat memicu penundaan produksi hingga gangguan distribusi produk ke pasar.
Baca Juga: Apple Buka iPhone untuk App Store Alternatif di Jepang
Rantai Pasok Apple Jadi Target Bernilai Tinggi
Serangan siber terhadap rantai pasok Apple bukanlah hal baru. Infrastruktur produksi Apple merupakan target bernilai tinggi bagi peretas, baik untuk mencuri informasi rahasia maupun untuk memperoleh tebusan dengan mengganggu jalannya produksi.
Dalam beberapa kasus, serangan semacam ini bertujuan menghentikan operasi pabrik, sehingga perusahaan terpaksa membayar tebusan agar sistem dapat kembali beroperasi.
Di sisi lain, ada pula serangan yang berfokus pada pengumpulan intelijen industri, seperti detail desain produk atau alur pengembangan perangkat baru.
Sejarah Serangan Siber di Ekosistem Apple
Pada 2018, mitra pembuat chip Apple, TSMC, pernah mengalami gangguan serius setelah serangan virus memaksa sejumlah fasilitas produksinya berhenti beroperasi.
Saat itu, CFO TSMC, Lora Ho, menyatakan bahwa meskipun TSMC sebelumnya pernah diserang virus, insiden tersebut merupakan serangan pertama yang secara langsung menargetkan lini produksi.
Baca Juga: Kisah Co-Founder Apple Steve Wozniak Pakai Uang US$ 2 Versi Kustom Puluhan Tahun
Lebih jauh ke belakang, pada 2012, sebuah kelompok peretas “greyhat” berhasil menyerang sistem Foxconn dan merilis nama pengguna serta kata sandi vendor. Informasi tersebut berpotensi dimanfaatkan untuk melakukan rekayasa sosial, termasuk pemesanan palsu dalam sistem rantai pasok.
Upaya Apple Perketat Keamanan Operasional
Seiring meningkatnya ancaman siber, Apple terus memperketat standar keamanan operasional di seluruh rantai pasoknya. Perusahaan menerapkan persyaratan ketat bagi para pemasok dan mitra manufaktur, termasuk kepatuhan terhadap protokol keamanan siber dan kerahasiaan tingkat tinggi.
Langkah ini menjadi bagian penting untuk menjaga integritas produksi sekaligus melindungi informasi sensitif terkait produk Apple yang belum dirilis ke publik.
Meski demikian, insiden terbaru ini menunjukkan bahwa ancaman terhadap rantai pasok teknologi global masih terus berkembang, dan menjadi tantangan besar bagi perusahaan-perusahaan multinasional seperti Apple dalam menjaga keamanan dan kesinambungan operasionalnya.













