Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - LONDON. Kesepakatan transisi Brexit yang tercapai Maret lalu membawa dampak positif bagi iklim bisnis Inggris. Para pelaku bisnis mulai semakin optimistis dan tidak lagi menjadikan isu Brexit sebagai risiko utama yang mengancam laju ekonomi.
Hasil survei firma akuntansi Deloitte, Senin (9/4), menunjukkan 27% direktur keuangan (CFO) sejumlah perusahaan besar di Inggris mengaku lebih optimistis melihat prospek bisnis ketimbang tiga bulan sebelumnya. Risk appetite para pengusaha Inggris juga meningkat dari 12% menjadi 23% pasca kesepakatan Brexit tercapai.
Seperti yang diketahui, perekonomian Inggris telah melambat sejak keputusan referendum untuk meninggalkan Uni Eropa dicapai 2016 silam. Pertumbuhan pengeluaran investasi oleh perusahaan-perusahaan Inggris pun jauh melemah.
"Brexit tetap menjadi perhatian utama bagi CFO Inggris, meskipun setelah pengumuman kesepakatan transisi, perhatian mulai mereda," ujar David Sproul, Kepala Eksekutif Deloitte North West Europe, seperti dikutip Reuters.
Deloitte menyebut, untuk pertama kalinya dalam dua tahun, Brexit tidak menjadi risiko terbesar di mata para CFO, tetapi digantikan oleh permintaan domestik yang lemah. Meski tak dapat dipungkiri, lemahnya permintaan mencerminkan dampak Brexit yaitu penurunan nilai mata uang Sterling yang memicu inflasi tinggi dan mengganggu belanja rumah tangga Inggris.
Sekadar informasi, Perdana Menteri Theresa May dan para pemimpin Uni Eropa lainnya, (19/3) lalu, akhirnya sepakat untuk mempertahankan ikatan perdagangan selama 21 bulan setelah Brexit pada Maret 2019 mendatang.
Kesepakatan itu sementara berhasil menampik risiko gangguan bagi perusahaan setidaknya sampai akhir 2020. Namun, kesepakatan transisi ini baru akan efektif berlaku jika London dan Brussels terlebih dahulu menyetujui hubungan perdagangan jangka panjang mereka untuk periode setelah 2020.