kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Siap Berunding dengan AS, China Menuntut Sejumlah Syarat Ini


Rabu, 16 April 2025 / 17:19 WIB
Siap Berunding dengan AS, China Menuntut Sejumlah Syarat Ini
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada awal pertemuan bilateral mereka pada KTT para pemimpin G20 di Osaka, Jepang, 29 Juni 2019.


Sumber: Bloomberg | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China menyatakan kesediaannya untuk melanjutkan perundingan dagang dengan Amerika Serikat, namun menuntut sejumlah syarat dari pemerintahan Presiden Donald Trump.

Syarat-syarat tersebut mencakup adanya sikap saling menghormati, pesan yang konsisten, dan penunjukan perwakilan AS yang tepat untuk berunding, menurut sumber yang mengetahui pandangan internal pemerintah China.

Sumber tersebut mengatakan bahwa China mengharapkan AS menunjukkan lebih banyak rasa hormat, termasuk dengan menahan pernyataan yang meremehkan dari para pejabat tinggi AS.

Baca Juga: Pemerintahan Donald Trump Siap Membawa AS Keluar dari WHO

Selain itu, China ingin agar Washington menyampaikan posisi yang lebih konsisten dan bersedia menanggapi kekhawatiran China terkait sanksi ekonomi dan isu Taiwan.

China juga meminta agar AS menunjuk seorang pejabat yang memiliki kewenangan penuh dari Presiden Trump untuk memimpin perundingan. Sosok ini diharapkan mampu menyusun kesepakatan yang dapat disetujui langsung oleh Trump dan Presiden China Xi Jinping saat bertemu.

Nasib ekonomi global dan stabilitas pasar keuangan bergantung pada kemampuan kedua negara dalam menghindari perang dagang berkepanjangan.

Sejak menjabat, Trump telah memberlakukan tarif sebesar 145% terhadap sebagian besar barang asal China, yang memicu pembalasan dari Beijing dan mengancam hubungan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.

Baca Juga: Kunjungan ke China, Presiden Prabowo Temui Bos Partai Komunis China, ini yang Dibahas

Setelah laporan tersebut beredar, nilai yuan di pasar luar negeri menguat 0,2% terhadap dolar AS, sementara dolar Australia yang kerap dijadikan proksi ekonomi China naik 0,5%. Indeks berjangka S&P 500 juga memangkas kerugian dari 1,6% menjadi 0,4%.

Gelombang tarif dari AS telah memicu dukungan luas di China untuk melakukan pembalasan, memberikan tekanan politik bagi Xi untuk tidak merespons seruan Trump yang kembali meminta China untuk memulai kembali negosiasi pada Selasa lalu.

Menurut sumber yang sama, hal terpenting sebelum perundingan dimulai adalah jaminan bahwa AS akan bersikap hormat selama proses berlangsung.

Meski Trump kerap bersikap lunak saat berbicara langsung mengenai Xi, sejumlah pejabat di pemerintahannya justru menyampaikan pernyataan keras yang menimbulkan ketidakpastian di Beijing mengenai posisi resmi AS.

Pejabat China meyakini bahwa Trump memiliki kontrol penuh atas pemerintahan, sehingga jika ada komentar negatif dari pejabat AS yang tidak disangkal Trump, mereka menganggap pernyataan tersebut mencerminkan sikap presiden.

Beijing juga baru-baru ini menyatakan ketidaksenangan terhadap pernyataan Wakil Presiden JD Vance yang menyebut Chinese peasants (petani China).

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyebut komentar tersebut "tidak tahu malu dan tidak sopan", sebuah kecaman langsung yang jarang terjadi terhadap pejabat senior AS.

Baca Juga: Donald Trump Ingin Xi Jinping Meneleponnya, Ini Tanggapan China

Di samping itu, China menekankan pentingnya tanggapan AS terhadap berbagai isu sensitif, termasuk kekhawatiran atas kebijakan ekspor AS yang dinilai menghambat kemajuan teknologi China.

Pemerintahan Trump pada Senin lalu melarang Nvidia Corp. menjual chip H20 ke China, memperburuk ketegangan di bidang teknologi.

Isu Taiwan juga menjadi perhatian utama Beijing. China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan menyatakan siap mengambil tindakan, termasuk secara militer, jika terjadi provokasi.

Sumber tersebut menegaskan bahwa China tidak akan memicu konflik, namun akan merespons jika dipancing.

Terakhir, China ingin AS menunjuk seorang penanggung jawab dengan kewenangan jelas dari Presiden Trump untuk mengawasi perundingan. Meskipun tidak memiliki preferensi tertentu, China ingin sosok ini memiliki wewenang penuh dan dapat menjalankan pembicaraan secara efektif.

Baca Juga: China Desak Perguruan Tinggi untuk Sediakan Pendidikan Cinta, Ini Alasannya

China juga memahami bahwa Trump mungkin ingin memimpin langsung proses negosiasi.

Meskipun Beijing akan menghargai keterlibatan langsung Trump, sumber tersebut menyatakan bahwa pendekatan paling efektif adalah dengan menunjuk wakil resmi dari masing-masing presiden untuk mengelola pembicaraan, guna memastikan perundingan dapat menghasilkan pertemuan puncak yang bermakna antara Trump dan Xi.

Selanjutnya: Bagikan Dividen Dua Kali Lebih Tinggi, Begini Penjelasan ESSA Industries (ESSA)

Menarik Dibaca: 5 Makanan yang Tidak Boleh Dipanaskan Kembali, Awas Beracun!



TERBARU

[X]
×