kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -18.000   -0,91%
  • USD/IDR 16.275   16,00   0,10%
  • IDX 7.169   51,70   0,73%
  • KOMPAS100 1.044   9,54   0,92%
  • LQ45 801   5,73   0,72%
  • ISSI 232   2,11   0,92%
  • IDX30 416   1,55   0,37%
  • IDXHIDIV20 487   1,73   0,36%
  • IDX80 117   0,89   0,77%
  • IDXV30 120   0,15   0,13%
  • IDXQ30 134   0,30   0,23%

Singapore Great Sale yang tak lagi wah


Senin, 04 Agustus 2014 / 20:34 WIB
Singapore Great Sale yang tak lagi wah
ILUSTRASI. Petugas pajak (kanan) melayani warga saat peringatan Hari Pajak 2020 di KPP Wajib Pajak Besar Satu, Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa (14/7/2020). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.


Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia

SINGAPURA. Singapura merupakan salah satu surga belanja di Asia. Namun rupa-rupanya, Great Singapore Sale tahun ini yang berlangsung 30 Mei hingga 27 Juli lalu, tak semeriah biasanya. 

"Kami tidak akan kembali lagi ke sini dengan tujuan sengaja berbelanja," kata Zhu, salah satu pebisnis dari Hangzhou yang sengaja datang ke mal Paragon di Orchard untuk menikmati festival ini. 

Tadinya dia berencana membeli tas tangan Loewe untuk istrinya, namun menyesal karena lebih mahal ketimbang harga jual di Hong Kong. Menurut dia, harga barang-barang di Singapore Great Sale masih lebih mahal 10% dibanding barang-barang di Hong Kong. 

Asosiasi peritel Singapura memperkirakan, transaksi penjualan yang terjadi pada festival belanja tahun ini lebih rendah 4% dibanding tahun lalu. 

Penguatan dollar Singapura, kenaikan ongkos pekerja, hingga kenaikan pajak penjualan untuk wisatawan China, mendorong warga domestik dan turis tak terlalu antusias berbelanja di festival ini. 

"Jika menukar renminbi ke dollar Hong Kong, sepertinya masih memiliki uang banyak. Tapi ditukar dengan dollar Singapura, jadi sedikit," kata Zhu. Sepanjang tahun ini dollar Singapura menguat di atas 3% terhadap renminbi.

Kesri Singh Kapur, Honorary Treasurer Asosiasi Peritel Singapura menilai, ritel Singapura berada dalam tekanan terbesar sejak krisis finansial Asia lalu.

Penurunan turis sudah terlihat dari awal tahun. Pengunjung Tiongkok ke Singapura turun 27% sejak Januari-Mei, dibanding periode yang sama tahun lalu. Pelambatan ekonomi China dan himbauan lembaga anti-korupsi yang meminta para pejabat untuk tak boros berbelanja, menjadikan daya tarik Singapura sebagai surga belanja memudar. Total kedatangan pengunjung turun 1,7% menurut Badan Pariwisata Singapura. 

Tak hanya belanja masyarakat yang turun, kompetisi pun makin ketat. "Kami mengantisipasi, sampai 12 bulan mendatang, permintaan masih berjalan lambat," ramal Kapur. Produsen fesyen yang juga membidik negara lain seperti Indonesia, China, dan Malaysia menjadikan wisata belanja Singapura tak seunik lima atau sepuluh tahun lalu. 

Selama ini, turis dari China, Indonesia, dan India menyumbang 20% belanja ritel di Singapura. China memakan porsi setengah dari jumlah itu. Badan Prariwisata Singapura mencatat, turis China mengeluarkan duit S$ 800 juta (US$ 640 juta) selama Januari-Maret lalu, dan setengahnya digunakan untuk berbelanja. 




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×