Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sebuah video yang beredar menunjukan BMW itu melaju dengan kecepatan yang sangat kencang di jalan raya yang cukup sempit itu sebelum menghantam ruko tersebut.
Sejumlah netizen menaksir kecepatan BMW diyakini lebih dari 150 km/jam, angka yang jelas-jelas di atas batas maksimum kecepatan di Singapura yaitu 50 km/jam.
Belum diketahui pasti apa motif pengemudi mobil mengebut secara ugal-ugalan. Warga yang tinggal di dekat tempat kejadian perkara (TKP) mengatakan, 10 menit sebelum kecelakaan mendengar suara deru mesin mobil melaju kencang di jalanan itu.
Adapun ruko tersebut saat ini telah ditutup dengan pembatas logam di mana warna-warna hitam hangus bekas kebakaran terlihat di dinding, pilar, dan jendela ruko.
Baca Juga: Detik-detik kecelakaan beruntun Tol Purbaleunyi menurut kesaksian korban selamat
Pengamatan Kompas.com dari lokasi kejadian Senin siang, terlihat bunga, sesajen, dan kartu dukacita di depan ruko. Sesajen-sesajen yang diberikan di antaranya adalah nasi, kue kering, rokok, teh kotak, bir, dan minuman alkohol khas Korea Selatan soju.
Kelima korban diketahui baru saja meninggalkan sebuah restoran Korea sebelum kecelakaan nahas itu terjadi.
Komentar warga Singapura
Warga Singapura menyikapi kecelakaan ini dengan beragam komentar. Seorang pria lanjut usia yang melintasi lokasi dengan nada berang berkata kepada Kompas.com, bahwa tindak tanduk kelima pemuda itu sangat berbahaya.
“Untung saja tidak ada pejalan kaki atau penghuni ruko yang menjadi korban jiwa,” tutur lansia yang menolak memberitahu identitasnya ini. Dia menduga minuman alkohol berperan dalam kecelakaan itu.
Baca Juga: Membedah kecelakaan di Cipularang, antara human error dan bahaya laten
“Mereka baru saja minum alkohol, merasa berani dan hebat untuk kebut-kebutan. Tidak ada yang perlu dibanggakan dari perilaku ini,” cercanya.
Berbicara dari sepedanya, dia mengatakan pesepeda seperti dia adalah yang paling terancam nyawanya. “Saya sudah pernah disenggol oleh mobil kencang. Mereka sama sekali tidak acuh terhadap kita,” tambahnya.
Lansia itu juga mempertanyakan sesajen dan simpati yang masih diberikan kepada anak-anak muda tersebut.