Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Situasi di Timur Tengah semakin memanas. Iran memperingatkan Amerika Serikat (AS), bahwa negeri mullah bakal merespons semua tindakan dari negeri uak Sam (AS).
"Jika orang Amerika memikirkan plot apa pun, negara Iran akan merespons dari Mediterania ke Laut Merah dan ke Samudra India," kata Jenderal Yahya Rahim-Safavi, Penasihat Senior Pemimpin Tertinggi Iran seperti dilansir IRNA, kantor berita Iran, dan dikutip Reuters.
Iran membantah terlibat dalam serangan atas fasilitas minyak Arab Saudi akhir pekan lalu. Menurut Teheran, pelakunya adalah kelompok Houthi yang sudah mengklaim bertanggungjawab atas serangan itu.
Baca Juga: Balas serangan atas fasilitas minyak, Koalisi Arab Saudi serang Yaman
Situasi di Teluk makin membara, setalah kelompok Houthi menyatakan, serangan koalisi yang dipimpin Arab Saudi atas Kota Hodeidah bisa mengancam perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Serangan yang terkonsentrasi pada Hodeidah merupakan eskalasi berbahaya yang bisa meledakkan perjanjian Swedia," kata Juru bicara Houthi melalui akun Twitter seperti dikutip Reuters. "Koalisi akan memikul tanggungjawab eskalasi ini yang juga merupakan ujian bagi PBB".
Jumat (20/9), koalisi yang dipimpin Arab Saudi melancarkan operasi militer di Utara Kota Hodeidah, Yaman, terhadap apa yang mereka gambarkan sebagai "target militer yang sah". Koalisi menyatakan, telah menghancurkan empat situs yang digunakan untuk merakit kapal dan ranjau laut yang dikendalikan dari jarak jauh.
Baca Juga: Suasana makin panas, AS bangun koalisi di Timur Tengah untuk menghadapi Iran
"Situs-situs ini digunakan untuk melakukan serangan dan operasi teroris yang mengancam jalur pelayaran dan perdagangan internasional di Selat Bab al-Mandab dan Laut Merah Selatan," kata Juru bicara Koalisi Kolonel Turki al-Malki seperti dikutip Reuters.
Koalisi Muslim Sunni yang didukung Barat melakukan intervensi di Yaman pada Maret 2015 melawan kelompok Houthi yang beraliansi dengan Iran-Yaman, setelah Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional di Sanaa pada akhir 2014.
Perjanjian gencatan senjata dan pemindahan pasukan Hodeidah dicapai tahun lalu pada pembicaraan damai di Swedia, sebagai langkah membangun kepercayaan untuk membuka jalan bagi pembicaraan untuk mengakhiri perang. Tapi, terhenti selama berbulan-bulan sebelum penarikan Houthi dari tiga pelabuhan di Laut Merah.
Malki menambahkan, Houthi menggunakan Hodeidah untuk "meluncurkan rudal balistik, pesawat tak berawak, kapal yang dikendalikan dari jarak jauh, serta penyebaran ranjau laut tanpa pandang bulu".
Baca Juga: U.S. building coalition after Saudi oil attack, Iran warns against war
Koalisi telah meminta warga sipil untuk menjauh dari lokasi yang jadi target dan menegaskan, operasi militer dilakukan dengan cara yang mengikuti hukum humaniter internasional dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.
“Kami telah melupakan serangan dan ketakutan dan tidur selama berbulan-bulan dengan damai. Tapi, malam ini suara ledakan dan pesawat menakut-nakuti kami saat mereka terus terbang melintasi langit kota," kata Mohammed Abdullah, penduduk Hodeidah, kepada Reuters.
Pada Kamis (19/9) malam, koalisi menyebutkan, pihaknya telah mencegat dan menghancurkan kapal bermuatan bahan peledak yang diluncurkan dari Yaman oleh kelompok Houthi.
Houthi, yang telah mengancam untuk memperluas serangan ke Arab Saudi, pada masa lalu menargetkan kapal-kapal yang melintasi perairan Yaman. Persisinya, yang terletak di sisi Selat Bab al-Mandeb, mulut Selatan Laut Merah, salah satu rute kapal tanker minyak paling vital di dunia.