kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sosok kontroversial yang mengedepankan prinsip kerahasiaan data (2)


Kamis, 10 Januari 2019 / 10:10 WIB
Sosok kontroversial yang mengedepankan prinsip kerahasiaan data (2)


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tri Adi

Sosok Pavel Durov dekat dengan kontroversi. Sebagai warga negara Rusia, perjalanan bisnisnya tidak terlepas dari campur tangan yang dilakukan pemerintah. Padahal dalam mengelola situs bisnisnya, Durov memegang prinsip menjaga kerahasiaan data dari kepentingan pihak manapun. Ini membuat bisnisnya kala itu yang bernama VKontakte kerap dirundung tekanan. Ia lantas memilih keluar dari Rusia agar bisa bergerak bebas dan membangun Instagram.

Kehidupan penemu sekaligus pemilik salah satu platform berbagi pesan ternama, Pavel Durov memang lekat dengan kontroversial. Perjalanan hidupnya setelah meraih kesuksesan rupanya tidak berjalan semulus yang ia bayangkan.

Pada tahun 2011, pemilik platform berbagi pesan Telegram ini sempat cekcok dengan pihak kepolisian setelah Pemerintah Rusia memintanya untuk menghapus laman jejaring sosial kelompok oposisi di situs miliknya yang kala itu bernama VKontakte.

Pemerintah Rusia juga selalu menekan Pavel untuk memberi data lawan politiknya. Data lain yang jadi incaran adalah data demonstran serta pengunjuk rasa Ukraina.

Idealisme Pavel Durov akan kebebasan berekspresi sangat kuat. Ia pernah menolak secara mentah-mentah perintah dari Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menutup laman milik Alexei Navalny, orang yang menentang Pemerintah Rusia. Akibat penolakan itu, otoritas Rusia sempat mengintimidasi Pavel dengan mengirimkan tim intelejen bersenjata ke kediamannya dan mencoba mengkriminalisasi dirinya dengan menyebut bahwa ia telah menabrak seorang polisi.

Namun, hal itu terbantahkan secara langsung oleh Pavel lantaran ia tidak bisa menyetir. Puncaknya, Durov dipaksa menjual 12% saham VKontakte kepada Ivan Tavrin konglomerat media asal Rusia dan teman dekat Putin. Secara bertahap, saham perusahaan miliknya itu pun beralih ke tangan Ivan lewat pembelian 52% saham.

Di tahun 2014, Pavel memilih mengundurkan diri sebelum akhirnya dipecat sebagai CEO VKontakte. Parahnya lagi, walau sudah secara resmi keluar dari perusahaanya itu, Ia masih tetap dikriminalisasi oleh Pemerintah Rusia lantaran komentarnya yang eksplisit dan harus menjalani persidangan.

Namun, Durov mengabaikan permintaan untuk datang persidangan sehingga Pemerintah Rusia mengirimkan petugas untuk menciduk mantan CEO VKontakte itu. Meski begitu, Pavel sudah tidak lagi berada di kediamannya. Ia meninggalkan Rusia beberapa hari sebelumnya dengan penerbangan dari bandara Pulkovo.

Ia pun secara mantap memilih untuk keluar dari Rusia dan mengklaim tidak akan pernah kembali ke negara kelahirannya tersebut. Di sinilah era Telegram di mulai, dan tak seperti bos-bos perusahaan sejenis yang berkantor pusat di Silicon Valley, Pavel Durov, kakaknya Nikolai dan tim Telegram memilih untuk hidup nomaden dan berpindah-pindah dalam bekerja dan menjalankan aplikasi Telegram.

Kini, Pavel Durov secara resmi memegang kewarganegaraan St.Kitts and Nevis. Ia lebih suka melanglang buana. Dengan total kekayaan melebihi US$ 1,7 miliar saat ini, tentu uang bukanlah persoalan baginya. Pavel Durov mengatakan timnya kini dapat bekerja dimanapun dan menyebut tim di Telegram sebagai para pengembara.

Tak heran, lantaran senang berpergian, Pavel memiliki hobi baru dan setiap momen perjalannya mengelilingi dunia bisa dilihat lewat akun instagram resmi miliknya @durov. Ia diketahui pernah berlibur di Paris, London, Sisilia, Dubai sampai Maldewa. Malah, Ia juga pernah menghabiskan waktu berlibur di Indonesia tepatnya Bali dan Raja Ampat.

Dalam laman Forbes, Durov kini bertempat tinggal di Dubaidan mendirikan kantor Telegram di negara tersebut.

Pilihannya berpindah-pindah adalah dapat terus membuat Telegram sebuah platform berbagi pesan paling aman di dunia. Ia mengaku Telegram belum pernah mengungkap secuil pun data penggunanya.

(Bersambung)



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×