kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Studi baru: Lockdown tak boleh dicabut total sampai ada vaksin corona, atau ...


Jumat, 10 April 2020 / 20:56 WIB
Studi baru: Lockdown tak boleh dicabut total sampai ada vaksin corona, atau ...
ILUSTRASI. Suasana sepi di Paris. Studi baru mencatat bahwa lockdown tak boleh dicabut total sampai ada vaksin corona. REUTERS/Pascal Rossignol TPX IMAGES OF THE DAY


Sumber: CNN | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Lockdown akibat virus corona di seluruh dunia disebut tidak boleh sepenuhnya dicabut sampai vaksin untuk penyakit ini ditemukan. Hal ini berdasarkan sebuah studi baru berdasarkan wabah corona di China yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet.

Dilansir CNN, pembatasan kejam China pada kehidupan sehari-hari tampaknya telah menghentikan gelombang pertama Covid-19 di sebagian besar negara itu.

Baca Juga: Dirjen WHO digoyang lagi, senator AS minta Dr Tedros bersaksi soal penanganan corona

Tetapi para peneliti menggunakan pemodelan matematika untuk menunjukkan bahwa tindakan pengangkatan dini dapat mengakibatkan gelombang kedua muncul.

Pihak berwenang China mengakhiri 76 hari penguncian Wuhan di provinsi Hubei pada hari Rabu, ketika kota di pusat episentrum krisis coronavirus muncul dari wabah mematikan yang kini berkecamuk di seluruh dunia. 

Namun, beberapa pembatasan akan tetap diberlakukan. "Sementara langkah-langkah kontrol ini tampaknya telah mengurangi jumlah infeksi ke tingkat yang sangat rendah, tanpa kekebalan terhadap Covid-19, kasus-kasus dapat dengan mudah muncul kembali," kata Profesor Joseph T Wu dari Universitas Hong Kong, yang ikut memimpin penelitian tersebut.

Baca Juga: Kasus corona di Malaysia terus meningkat, masa lockdown akan diperpanjang

"Terutama mengingat meningkatnya risiko kasus impor dari luar negeri karena Covid-19 terus menyebar secara global," katanya.

Dia memperingatkan bahwa kecepatan infeksi akan meningkat kecuali pemerintah memastikan pembatasan dicabut secara perlahan dan penularannya dipantau dengan cermat.

"Meskipun kebijakan pengendalian seperti jarak fisik dan perubahan perilaku kemungkinan akan dipertahankan untuk beberapa waktu, secara proaktif menyeimbangkan antara melanjutkan kembali kegiatan ekonomi dan menjaga angka reproduksi di bawah satu kemungkinan menjadi strategi terbaik sampai vaksin efektif tersedia secara luas," jelasnya.

Baca Juga: Bukan cuma Korea Utara, ini 15 negara yang belum terkena virus corona

Penelitian ini bisa menjadi sangat penting karena negara-negara di seluruh dunia mempertimbangkan cara terbaik untuk meredakan pembatasan agar ekonomi mereka bisa bergerak kembali. 

Namun studi ini menemukan bahwa melakukan kesalahan dapat menyebabkan wabah lebih lanjut dan pembatasan baru bisa menjadi bencana bagi layanan kesehatan dan ekonomi.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×