Sumber: Al Jazeera | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - LONDON. Data dari dua penelitian terpisah di Inggris dan Skotlandia menunjukkan, vaksin Covid-19 efektif dalam mengurangi penularan virus corona baru dan rawat inap mulai dari dosis pertama.
Analisis dari Public Health England (PHE) yang terbit Senin (22/2) menyebutkan, vaksin buatan Pfizer-BioNTech mengurangi risiko tertular infeksi lebih dari 70% setelah dosis pertama. Risiko itu berkurang 85% pasca dosis kedua.
“Secara keseluruhan, kami melihat efek yang sangat kuat untuk mengurangi infeksi apa pun, tanpa gejala dan dengan gejala,” kata Strategic Response Director PHE Susan Hopkins dalam konferensi pers, seperti dikutip Al Jazeera.
Dalam sebuah pernyataan yang di-posting di media sosial, Menteri Kesehatan dan Perawatan Sosial Inggris Matt Hancock menyambut baik perkembangan tersebut, dan menyebutnya sebagai "berita yang sangat baik".
“Ini menunjukkan, vaksin bekerja dan itu menunjukkan vaksin menyelamatkan nyawa,” ujarnya, seperti dilansir Al Jazeera.
Baca Juga: Terendah sejak Oktober, kasus virus corona global lanjutkan tren penurunan
Studi PHE juga memperlihatkan, rawat inap dan kematian akibat virus corona berkurang lebih dari 75% setelah program vaksinnasi Pfizer-BioNTech.
Inggris adalah salah satu negara yang paling terpukul di dunia oleh pandemi Covid-19, dengan hampir 121.000 kematian, menurut data dari Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat.
Negeri Ratu Elizabeth II adalah negara pertama yang memulai vaksinasi massal pada Desember lalu. Sejauh ini, lebih dari 17 juta orang atau sepertiga dari populasi orang dewasa Inggris, telah menerima setidaknya dosis pertama.
“Kami akan melihat lebih banyak data selama beberapa minggu dan bulan mendatang, tetapi kami harus sangat terdorong oleh temuan awal ini,” kata Dr Mary Ramsay, Kepala Imunisasi PHE.
Menurunkan jumlah pasien yang dirawat
Sementara penelitian di Skotlandia menunjukkan, vaksin Pfizer-BioNTech dan Oxford-AstraZeneca menurunkan jumlah pasien yang dirawat di rumahsakit setelah pemberian dosis pertama.
Baca Juga: Direktur WHO Eropa menyebut pandemi corona akan berakhir awal 2022