Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - LONDON. Varian Omicron cenderung tidak menyebabkan long Covid dibandingkan dengan Delta, menurut studi peer-review dari Inggris.
Para peneliti di King's College London, menggunakan data dari aplikasi ZOE COVID Symptom Study, menemukan kemungkinan Omicorn mengembangkan long Covid setelah infeksi adalah 20%-50% lebih rendah dibanding Delta.
Angka tersebut bervariasi tergantung usia pasien dan waktu vaksinasi terakhir mereka.
Long Covid, yang mencakup gejala berkepanjangan mulai dari kelelahan hingga kabut otak, bisa melemahkan dan berlanjut selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Baca Juga: Menkes: Puncak Kasus Covid-19 Varian BA.4 dan BA.5 pada Juli Mendatang
Long Covid semakin diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat, dan para peneliti berlomba untuk mencari tahu apakah Omicron menghadirkan risiko yang sama besar dengan varian sebelumnya.
Studi dari King's College London diyakini sebagai penelitian akademis pertama yang menunjukkan Omicron tidak menimbulkan risiko long Covid. Tapi, itu tidak berarti jumlah pasien Covid-19 yang lama menurun, tim peneliti menegaskan.
Sementara risiko long Covid lebih rendah, selama gelombang Omicron lebih banyak orang terinfeksi. Sehingga, jumlah absolut yang sekarang menderita long Covid lebih tinggi.
"Ini kabar baik, tapi tolong jangan hentikan layanan pengobatan long Covid-19 Anda," kata ketua peneliti Dr Claire Steves kepada Reuters, memohon kepada penyedia layanan kesehatan.
Badan Statistik Nasional Inggris mengatakan pada Mei lalu, ada 438.000 orang di Inggris memiliki long Covid setelah terinfeksi varian Omicron, mewakili 24% dari total pasien long Covid.
Baca Juga: Waspada, Simak Gejala dan Cara Mencegah Omicron Varian BA4 dan BA5 dari Pakar UGM Ini
Hasil penelitian King's College London juga menunjukkan, risiko gejala yang tersisa setelah Omicron lebih rendah dibanding Delta, tetapi hanya untuk orang yang divaksinasi lengkap.
Dalam penelitian King's College London, 4,5% dari 56.003 orang yang terinfeksi selama puncak Omicron, Desember 2021 hingga Maret 2022, melaporkan long Covid.
Angka itu berbanding 10,8% dari 41.361 orang yang terindeksi selama gelombang Delta, dari Juni hingga November 2021.
Sementara penelitian yang terbit dalam jurnal Lancet pada Kamis (16/5) membandingkan Delta dan Omicron, Dr Steves mengatakan, penelitian sebelumnya tidak menunjukkan perbedaan substansial dalam risiko long Covid di antara varian lainnya.
Hanya, butuh lebih banyak pekerjaan untuk menentukan mengapa Omicron mungkin memiliki risiko long Covid yang lebih rendah, tim peneliti King's College London menambahkan.