kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China akan mempertahankan target inflasi sekitar 3% pada tahun 2020


Jumat, 03 Januari 2020 / 14:45 WIB
China akan mempertahankan target inflasi sekitar 3% pada tahun 2020
ILUSTRASI. Ilustrasi inflasi China.


Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China memutuskan untuk mempertahankan target inflasi tahun ini tetap sebesar 3%, menurut sumber Reuters yang mengetahui permasalahan ini. Hal ini mengisyaratkan pembuat kebijakan akan terus meluncurkan stimulus ekonomi secara bertahap dan menghindari langkah-langkah yang lebih agresif.

Mengutip Reuters Jumat (3/1), beberapa analis berspekulasi bahwa Beijing akan menaikkan target inflasi menjadi 3,5% yang akan memberikan lebih banyak ruang bagi otoritas untuk mendukung China karena pertumbuhan berawal dari yang paling lambat dalam hampir 30 tahun.

Tetapi sumber-sumber kebijakan mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah memperkirakan lonjakan harga pangan akan mulai berkurang pada paruh kedua tahun ini, karena pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kekurangan daging babi.

Baca Juga: PBoC pangkas rasio cadangan bank 50 basis poin

Target inflasi 2020 yang akan diumumkan pada sesi parlemen tahunan pada awal Maret, didukung oleh para pemimpin puncak di Konderensi Kerja Ekonomi Pusat tertutup bulan lalu, menurut sumber yang mengetahui tentang hasil pertemuan tersebut.

"Targetnya masih sekitar 3%," kata salah satu sumber kebijakan seperti dikutip Reuters.

"Kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa inflasi menembus 5% dalam beberapa bulan mendatang, tetapi itu sifatnya jangka pendek."

The State Council Information Office dan the Natioanl Development and Reform Commiccion tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Inflasi harga konsumen (CPI) China melaju ke level tertinggi hampir delapan tahun ke level 4,5% pada November, karena harga daging babi naik berkali-kali lipat karena wabah demam babi Afrika, tetapi harga produsen tetap deflasi selama lima bulan berturut-turut.

Tren harga yang menyimpang telah mempersulit upaya para pembuat kebijakan untuk menghidupkan kembali aktivitas tanpa risiko terlalu merangsang ekonomi.

Sementara Beijing telah meluncurkan serangkaian langkah-langkah dukungan dalam dua tahun terakhir, terutama dalam bentuk pengeluaran infrastruktur yang lebih tinggi dan pemotongan pajak, para pemimpin berjanji mereka tidak akan memulai stimulus besar-besaran seperti itu selama krisis global tahun 2008-2009, yang menciptakan utang yang membebani perekonomian.

China telah mempertahankan target inflasi sekitar 3% sejak tahun 2015.

Sementara harga pangan melonjak, dengan harga daging babi naik dua kali lipat selama tahun lalu, ada sedikit tanda kenaikan inflasi di seluruh ekonomi yang lebih luas, menunjukkan permintaan tetap lambat. Inflasi inti yang tidak termasuk harga pangan dan energi sebagian besar tetap lemah.

Baca Juga: Sedan listrik pertama Tesla buatan pabrik di China siap mengaspal pekan depan

Pada Rabu, bank sentral mengumumkan pemotongan persyaratan cadangan bank (RRR) ke delapan sejak awal 2018 atau jumlah uang tunai yang harus disiapkan bank sebagai cadangan dalam upaya untuk menopang perekonomian.

Analis memperkirakan setidaknya satu pemangkasan RRR lagi tahun ini.

People's Bank of China juga telah mulai menurunkan suku bunga utama dalam beberapa bulan terakhir, dengan kemungkinan yang lebih besar sebelum akhir bulan ini, tetapi pemangkasannya jauh lebih kecil ketimbang pelonggaran substansial di Amerika Serikat dan banyak ekonomi lainnya selama periode tersebut tahun lalu.

Sumber-sumber kebijakan mengatakan kepada Reuters bahwa Beijing berencana untuk menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah sekitar 6% pada tahun 2020, bergantung pada peningkatan belanja infrastruktur negara untuk memacu investasi, konstruksi dan pekerjaan.

Pertumbuhan kuartal ketiga China melambat menjadi 6%, masih di antara yang tercepat di dunia, tetapi ekspansi terlemah sejak awal 1990-an.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×