Sumber: Washington Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON D.C. Sebuah hasil penelitian yang dirlis oleh jurnal medis Inggris, Lancet, mengungkapkan bahwa upaya lockdown dan pengujian secara luas tidak efektif menekan angka kematian akibat Covid-19 di AS.
Penelitian ini muncul setelah sejumlah gubernur negara bagian AS memutuskan untuk tetap menutup pusat bisnis dan sekolah selama pandemi.
Melansir Washington Times, empat peneliti dari Kanada, Texas dan Yunani menggunakan data dari 50 negara bagian AS untuk menilai efektivitas kebijakan lockdown.
"Tindakan pemerintah seperti penutupan perbatasan, lockdown, dan tes Covid-19 yang luas tidak memberikan pengurangan yang signifikan dalam jumlah kasus kritis atau kematian secara keseluruhan," jelas perwakilan peneliti seperti dikutip dari Washington Times.
Baca Juga: WHO: Secara realistis, vaksin corona baru bisa digunakan tahun 2021
Hasil penelitian ini kemungkinan akan mendorong pemerintah untuk kembali memberlakukan kebijakan penanganan Covid-19 yang lebih bebas layaknya di Eropa.
Di Swedia misalnya, pemerintah tidak menerapkan program lockdown atau penutupan wilayah, bahkan tidak melakukan uji Covid secara luas.
Setelah sampai pada fase tertinggi pada musim semi lalu, kini jumlah kematian harian di Swedia berangsur menurun. Pada pertengahan Juli ini jumlahnya hanya menyentuh angka satu digit.
"Meskipun upaya lockdown dan yang lainnya di negara seperti China, Korea Selatan, dan Taiwan telah mengurangi lebih dari 90% kasus baru, tapi hal ini gagal diterapkan di negara seperti Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat," ungkap Lancet.
Saat ini di AS memang sedang terjadi perdebatan sengit mengenai langkah apa yang sekiranya paling efektif untuk menghadapi wabah yang semakin ganas di negara mereka.
Baca Juga: Trump menyerah: Suka tidak suka, semua warga AS harus pakai masker!
Kelompok konservatif menginginkan unit-unit bisnis dan sekolah untuk dibuka kembali agar perekonomian bisa kembali normal.
Di sisi lain, sebagian besar pejabat dari Partai Demokrat tetap ingin memberlakukan pembatasan jarak di ruang publik dan menjaga anak-anak untuk tetap bersekolah dari rumah.
"Amerika Serikat telah menghadapi tantangan untuk menerapkan lockdown, dengan warga di beberapa negara bagian secara terbuka melayangkan protes atas upaya tersebut dan menyebabkan gelombang demonstrasi," tulis Lancet dalam laporannya.
Presiden Donald Trump sendiri sejak pekan lalu mulai menunjukkan kekhawatirannya akan wabah Covid-19 yang terasa makin merugikan negaranya.
Sekarang Trump dan jajarannya mengkampanyekan AS sebagai pusat pengujian dunia. Laporan dari Market Watch menyebutkan AS akan mengadakan 6 juta tes setiap harinya sampai akhir tahun ini.
Baca Juga: Amerika Serikat rogoh kocek US$ 2 miliar demi dapatkan vaksin corona