Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
MELBOURNE. Ini kabar buruk bagi para produsen nikel. Para pengamat komoditas Australia memprediksi, harga rata-rata nikel tahun depan akan turun 14% seiring dengan lemahnya permintaan di Amerika Utara dan Eropa.
Sementara itu, Bureau of Agricultural and Resource Economics (BARE) dalam laporan kuartalannya mengatakan harga nikel hanya akan bertengger pada level US$ 19.000 per ton pada 2009 mendatang. Padahal bulan Juni lalu, harga nikel diperkirakan bisa mencapai US$ 22.000 per ton.
Harga nikel, yang merupakan bahan utama pembuat stainless steel ini, dalam setahun belakangan sudah anjlok 49% karena tingginya suplai. Bahkan berdasarkan pengawasan London Metal Exchange, cadangan nikel di tempat penyimpanan minggu lalu mengalami kenaikan tertinggi dalam sembilan tahun terakhir.
“Rendahnya aktivitas konstruksi di Amerika Utara dan beberapa bagian dari Uni Eropa menyebabkan permintaan akan stainless steel juga menurun. Pada saat yang bersamaan, kapasitas dari produksi nikel terus mengalami peningkatan,” jelas BARE.
Faktor-faktor tersebut, menurut BARE, yang membuat harga nikel merosot tajam. Tahun ini, harga nikel rata-rata diperkirakan US$ 24.000 per ton. Sebagai perbandingan, pada Juni lalu diperkirakan harga nikel mencapai US$ 27.000. Sementara, harga rata-rata kontrak pengantaran dalam jangka waktu tiga bulan untuk nikel sebesar US$ 24.883 per ton tahun ini.
Beberapa institusi lain seperti Barclays Capital pada bulan ini memangkas prediksi harga nikel untuk kuartal tiga dan empat. Demikian pula halnya dengan Merrill Lynch & Co. yang memangkas perkiraan harga nikel untuk tahun ini dan 2009.
Sementara itu, harga tembaga pada 2009 mendatang diperkirakan akan bertengger pada kisaran US$ 7.100 per ton. Harga tersebut lebih rendah 1% dari perkiraan bulan Juni sebesar US$ 7.169 per ton.
Sama seperti nikel, produksi tembaga dunia juga akan melebihi permintaan akan komoditas ini. Meski demikian, BARE mengatakan, stok cadangan tembaga masih tergolong rendah. “Jika nantinya terdapat gangguan pada suplai tembaga akan meningkatkan harga tembaga,” jelas BARE.
Lain halnya dengan harga seng yang diperkirakan akan berkisar pada level US$ 1.833 per ton pada 2009. Sebelumnya, harga seng hanya diperkirakan US$ 1.770 per ton. Meski demikian, harga seng sepanjang tahun ini sudah mengalami penurunan sebesar 25%. Hal itu memaksa banyak perusahaan tambang yang mengurangi jumlah produksi atau bahkan akhirnya ditutup.