Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Taiwan telah memulai pembicaraan awal dengan Amerika Serikat mengenai daftar senjata yang ingin dibeli sebagai bagian dari anggaran pertahanan tambahan senilai US$40 miliar. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pertahanan Wellington Koo pada Kamis (27/11/2025).
Presiden Taiwan Lai Ching-te sehari sebelumnya mengumumkan paket belanja baru yang akan berlangsung pada periode 2026–2033, sebagai penegasan tekad Taiwan memperkuat kemampuan militernya di tengah meningkatnya ancaman dari China.
China, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya, terus meningkatkan tekanan militer dan politik selama lima tahun terakhir untuk menegaskan klaim tersebut. Taipei secara tegas menolak posisi Beijing.
Taiwan Sudah Kantongi Data Awal dari Departemen Pertahanan AS
Berbicara kepada wartawan di Taipei, Koo menegaskan bahwa pembelian dari Amerika Serikat akan menjadi salah satu pilar utama dalam rencana penguatan pertahanan jangka panjang Taiwan.
Baca Juga: Trump Tekan PM Takaichi untuk Redam Ketegangan Jepang–China Soal Taiwan
“Kami telah menyelesaikan koordinasi awal dengan Amerika Serikat terkait perencanaan proyek pengadaan militer ini,” ujar Koo.
Ia menambahkan bahwa Taiwan sudah menerima informasi formal dari Departemen Pertahanan AS mengenai jumlah item yang dapat dibeli, detail harga, jadwal transaksi, serta informasi lainnya, yang menunjukkan bahwa Washington siap memasok senjata tersebut.
Namun Koo menegaskan bahwa rincian lengkap belum dapat dibuka sebelum adanya pemberitahuan resmi kepada Kongres AS.
Pentagon belum memberikan komentar karena permintaan informasi dikirim di luar jam kerja Washington.
Butuh Persetujuan Parlemen Taiwan
Anggaran tambahan ini masih harus mendapat persetujuan dari parlemen Taiwan yang kini dikuasai oposisi.
Partai oposisi terbesar, Kuomintang (KMT), mengkritik pengumuman tersebut yang pertama kali disampaikan Presiden Lai melalui artikel opini di Washington Post, bukan kepada parlemen.
Baca Juga: Respons Ancaman China, Taiwan Siapkan Anggaran Pertahanan Tambahan Rp 664 Triliun
“Investasi pertahanan itu penting, tetapi mengandalkan pinjaman besar bukanlah kebijakan fiskal yang bijaksana,” kata KMT dalam sebuah pernyataan.
Perdana Menteri Taiwan Cho Jung-tai, dalam konferensi pers yang sama, menyerukan dukungan legislatif mengingat ancaman dari China.
“Jika tidak punya negara, bagaimana Anda bisa memiliki rumah?” ujar Cho.
Menurut Koo, anggaran tambahan ini juga diproyeksikan menciptakan 90.000 lapangan kerja dan memberikan manfaat ekonomi langsung sebesar T$400 miliar bagi Taiwan.
AS Dorong Taiwan Perkuat Belanja Pertahanan
Amerika Serikat merupakan sekutu internasional terpenting bagi Taiwan sekaligus pemasok senjata utamanya, meski kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik resmi.
Washington terus mendorong Taiwan meningkatkan belanja pertahanannya, selaras dengan desakan serupa kepada negara-negara Eropa. Presiden Lai sebelumnya menargetkan porsi belanja pertahanan mencapai 5% dari PDB pada 2030.
Sejak Presiden AS Donald Trump menjabat pada Januari lalu, baru satu paket penjualan senjata yang disetujui, yakni paket US$330 juta untuk suku cadang jet tempur dan pesawat lain yang diumumkan bulan ini.
Baca Juga: Trump Minta PM Jepang Meredam Pernyataan soal Taiwan agar Tak Pancing Beijing
Namun menurut laporan Reuters pada Mei 2025, AS berencana meningkatkan penjualan senjata ke Taiwan melebihi tingkat pada masa jabatan pertama Trump, sebagai bagian dari upaya memperkuat pencegahan terhadap China.
China Kembali Kecam Taiwan
Beijing mengutuk rencana belanja pertahanan baru Taiwan, sebagaimana sikapnya terhadap setiap upaya Taipei meningkatkan kemampuan militernya.
Presiden Lai menegaskan bahwa masa depan Taiwan hanya dapat ditentukan oleh rakyat Taiwan, sementara China menolak tawaran dialog berulang dari Lai, menuduhnya sebagai “separatis.”













