Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
"Hal ini telah menarik garis bawah untuk konfrontasi China-AS, bahwa konfrontasi tersebut tidak mungkin menjadi invasi besar-besaran, yang merupakan dasar penting dalam perhitungan kedua belah pihak," katanya.
China telah berjanji untuk tidak menjadi pihak yang pertama menggunakan senjata nuklir dalam sebuah konfrontasi, dan diperkirakan memiliki 200 hingga 300 hulu ledak nuklir. Jumlah ini masih jauh di bawah Rusia dan Amerika yang masing-masing punya sekitar 4.000 hulu ledak nuklir.
Media pemerintah melaporkan pada tahun 2018 bahwa militer China telah membangun "Tembok Besar bawah tanah" sepanjang 5.000 km di seluruh negeri untuk menyembunyikan, memindahkan, dan meluncurkan serangan nuklirnya.
Baca Juga: Perluas pengaruh, Rusia segera bangun fasilitas angkatan laut baru di Sudan
China juga membangun kemampuan nuklir maritim yang kuat pada 2015 ketika kapal selam nuklir rudal balistik Type 094A (SSBN) dilengkapi dengan rudal JL-2 (SLBM) untuk berpatroli.
PLA memiliki satu pangkalan SSBN di Laut Cina Selatan, di mana perairannya lebih dalam dan karenanya lebih aman untuk operasi kapal selam rahasia. Selain itu ada dua lagi di Laut Kuning, lebih dekat ke Amerika Serikat untuk mengirimkan misil melalui kutub utara.
"[Pesawat mata-mata AS] menemukan SSBN kami di Laut China Selatan yang beroperasi sedalam 3.000 m dan pulau buatan yang kami bangun sebagai area peluncuran rudal SLBM," kata Wang.