Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. China menawarkan pengurangan biaya untuk proyek rel kereta api senilai US$ 20 miliar. Sebelumnya pemerintah Malaysia berniat untuk membatalkan proyek tersebut karena biaya yang terlampau berat.
Seperti diberitakan Reuters, selama seminggu terakhir terjadi pertentangan komentar dari kedua pihak tentang keberlanjutan proyek ini. Namun sumber Reuters menyebut China berupaya agar tak kehilangan proyek tersebut dengan memangkas biaya yang harus ditanggung Malaysia dalam proyek East Coast Railway Link (ECRL) tersebut.
"Jika masalahnya hanya tentang biaya, China telah menawarkan pengurangan besar hingga sekitar setengahnya," kata salah satu sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Sumber tersebut bilang kontraktor China Communications Construction Co Ltd (CCCC) telah menawarkan beberapa pemotongan biaya. Termasuk untuk biaya konstruksi menjadi 67 miliar ringgit atau setara US$ 16,39 miliar untuk proyek sepanjang 688 km.
Namun terlepas dari diskon yang diajukan, pemerintah Mahathir Mohamad memutuskan untuk membatalkan kontrak pada bulan ini.
Setelah berkuasa pada bulan Mei lalu, Mahathir yang merupakan seorang kritikus terhadap investasi China di Malaysia, bersumpah untuk menegosiasikan ulang proyek yang disebutnya tidak adil tersebut. Proyek itu sendiri disahkan oleh pendahulu Mahathir, Najib Razak.
Namun, pada hari Rabu Menteri Keuangan Lim Guan Eng mengatakan Malaysia sedang melakukan lebih banyak pembicaraan dengan China.
Negosiasi terus berlanjut sejak penangguhan pada Juli tahun lalu. Di mana Malaysia mengindikasikan bahwa mereka sedang mencari proposal yang lebih murah.
Namun sang sumber juga menyebut proses negosiasi menjadi makin rumit karena terlalu banyak pejabat Malaysia yang terlibat dalam pembahasan.
Selain dari kementerian keuangan, CCCC dan mitra domestiknya Malaysia Rail Line (MRL) juga harus menyampaikan proposal mereka kepada penasihat Mahathir Daim Zainuddin dan sejumlah pejabat lainnya.
"Masing-masing memiliki agenda mereka sendiri dan melihat proyek secara berbeda. Ini adalah situasi yang sangat aneh," kata salah satu sumber.
Sementara itu Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan pihaknya telah melihat laporan pembatalan proyek tersebut, tetapi tidak mengetahui detailnya secara spesifik.
"Sejauh yang saya tahu, proyek ini disetujui oleh perusahaan dari kedua belah pihak sesuai dengan prinsip-prinsip pasar berdasarkan kesetaraan, saling menguntungkan dan membangun konsensus," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya Mahatir menyebut pihaknya ingin membatalkan proyek tersebut karena beban biaya yang terlalu berat, sehingga bisa membuat negaranya jatuh miskin.